Kamis, 20 Juni 2019

Catatan Cinta Si Cadar



Satu quote yang sangat membakar dan mengobarkan semangat dari Andrea Hirata adalah ‘ bermimpilah sampai Tuhan memeluk mimpimu ’ dilanjutkan  dengan ungkapan magic dari Arai, ‘tanpa mimpi orang-orang miskin seperti kita ini akan mati Kal’ di buku kedua tetralogi Laskar Pelangi , Sang Pemimpi,  benar-benar menjadi kunci awal dari perjuangan panjang saya meraih mimpi untuk medapatkan beasiswa luar negri.
Masih teringat jelas kala itu, 22 Januari 2014 menjadi titik awal perjuangan yang akan saya tempuh. Saat itu saya memutuskan untuk belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, Jawa Timur yang menjadikan modal awal meraih mimpi saya. Dengan keuangan yang terbatas dan uang hasil jual Kaos Bulutangkis pemain Denmark  , saya yang ditemani saudara saya nekad ke Pare dengan bekal seadanya. Bekal uang pun hanya cukup untuk satu bulan. Untuk bulan selanjutnya belum kami pikirkan, yang penting Niat kami satu, Belajar. Saya tahu perjuangan ini akan sangat berat. Rintangan pertama pun sudah kami dapatkan ketika estafet perjalanan ke Jawa Timur, Ketinggalan kereta di Pasar Senin akibat terjebak hampir empat jam di dalam kapal yang menuju Pelabuhan Merak, mabuk laut parah tak seperti biasanya, hingga puncaknya berada di dalam kereta dari pasar senin menuju stasiun Kediri hampir 27 jam lamanya akibat banjir. Belajar belumlah dimulai tapi kesulitan sudah didepan mata. Kuncinya, Sabar.
Belajar Bahasa inggris di Pare selama 1,5 bulan belum memberikan efek yang significant bagi saya karena memang saya mulai dari 0. Bukan pengajarnya yang salah tapi otak saya yang bebal dengan bahasa inggris. Susah diterima tepatnya. Saat itu, keuanganpun menipis karena memang saya dan saudara saya tidak meminta bantuan keuangan dengan orang tua kami. Mandiri tapi sedikit menyiksa. Bila pagi kami belajar, siangnya kami mempromosikan dagangan kami di twitter. Bila pelanggan kami telat transfer maka telat pula kami makan. Dibagian inilah kami belajar susahnya mencari uang sendiri. Tapi, Allah memang sebaik-baiknya perencana . Setelah dipusingkan dengan masalah keuangan , Allah memberikan solusi dengan meluluskan saya bersama saudara saya di Beasiswa Teaching Clinic Global English yang artinya kami siap dididik jadi Tutor selama lima bulan tanpa harus ada pengabdian, diasrama dengan penerima beasiswa lainnya dan semua biaya program digratiskan. Namun, dengan keunggulan-keunggulan tersebut artinya kami juga harus siap capek. Kelas penerima beasiswa dengan kelas regular berbeda, tugasnya pun berbeda. Kelas pertama pukul lima pagi dan kelas terakhir berakhir pukul delapan malam. Terkadang, beberapa siswa harus mendapatkan kelas tambahan. Dulu saya pernah mendapat kelas tambahan yang diajar langsung oleh Pemilik Global English Pare, Mr.Toto, pukul 22.30 malam dan berakhir pukul 12 malam.  Saat itulah, saya benar- benar mengetahui kenikmatan haqiqi dalam menuntut ilmu. Lelah memang namun setiap keringat dan mata hitam akibat kurang tidur menjadi saksi dan mengambil bagian penting dalam perjuangan mimpi saya yang kelak bisa saya ceritakan.
Setelah kurang lebih enam bulan belajar Bahasa inggris di Pare dan Pulang ke Palembang, sudah saatnya memetakan apa yang harus saya petakan untuk meraih mimpi saya tersebut. Langkah awal adalah belajar dan mendapatkan skor IELTS. Namun, IELTS bukanlah hal yang remeh tameh, tingkat kesulitannya berada diatas TOEFL terlebih saya belum tahu apapun tentang IELTS, dan setidaknya untuk belajar sekaligus tes harus mengeluarkan sedikitnya 6,5 juta. Saat itu saya belum mendapatkan pekerjaan, jangankan 6,5 juta untuk beli pulsa saja saya harus benar-benar berhitung. Namun, lagi Allah memang sebaik- baiknya perencana. Dijadikanlah saya sebagai penerima TC adalah satu cara Allah untuk menolong saya di masa depan. Dengan ilmu yang saya dapat dari TC, akhirnya saya membuka Private English. Sedikit demi sedikit uang saya kumpulkan . Pernah, akibat semangatnya, kelas pertama saya mulai pukul 7 pagi dan kelas terakhir saya berakhir pukul 9 malam. Tujuannya hanya satu, mengumpulkan uang secepat mungkin untuk IELTS. Selesai.
Akhirnya  pada Maret 2015 saya tes ILETS resmi dan mendapatkan Skor 6.0. Cukup berhasil untuk orang yang hanya belajar 1,5 bulan. Dan saatnya saya untuk melamar beasiswa luar negri. Dan disini cerita yang penuh lika liku dimulai.
Pada tahun 2015, tepat satu bulan setelah saya tes IELTS, saya melamar tiga beasiswa sekaligus, New Zeadline Scholarship, Monbukagakusho dan UNIST Scholarship. Hasilnya, saya mendapatkan email dengan inti surat ‘ your application was unsuccessful’ atau ‘ you have not been nominated’ di bulan Juni untuk beasiswa New Zeadline Scholarship, Juli untuk beasiswa Monbukagakusho dan UNIST Scholarship sekaligus. Tapi saya tidak mundur dan kembali mendaftarkan beasiswa LPDP untuk dalam Negri ke Universitas Gajah Mada. Saya yang harus ikut wawancara di Jakarta harus menggeret koper dan naik kapal sendiri dengan beban koper yang berat akibat saya yang mestinya tes Pegadaian di Lampung namun harus kabur untuk tes wawacanra LPDP. Berkas untuk kepentingan wawancara yang tidak saya bawa, dengan izin Allah dipermudahkan ibu saya yang membawakan akibat trip dadakan ke Lampung. Namun, hasil kegagalan LPDP yang sangat menyakitkan membuat saya hampir berputus asa. Sampai akhirnya, Allah menolong saya dengan sebuah mimpi yang sangat spiritual. Dan saat itu, Allah seakan membisikan saya : Jangan Berputus Asa, Mari Jemput Rahmat Allah.  Dan dari sinilah saya mulai berhijrah.
Tahun 2016, awal tahun saya cetak dengan sedikit kemajuan, saya terpilih menjadi salah satu dari 25 finalis beasiswa PPM School and Management Jakarta. Saya harus mengikuti serangkaian tahapan beasiswa di Jakarta dan semua akomodasi di sponsori pihak penyelenggara. Disaat yang sama saya pun kembali mendaftar beasiswa Korean Government Program Scholarship. Namun kegagalan kembali saya terima. Hanya ada tujuh orang yang mendapatkan beasiswa PPM School and Mangement dan saya gagal di babak akhir. Maret awal pun saya mendapat kabar bila Pihak Kedutaan telah melaksanakan tes wawancara beasiswa KGSP sedangan saya tidak ada pemberitahuan apapun. Artinya, saya tidak di nominasikan dan gagal di screening document. Lagi- lagi saya tidak menyerah sama sekali. Setelahnya, saya melihat tiga peluang beasiswa Orange Tulip Scholarship, Stunned dan Beasiswa Pemerinta Italy. Untuk beasiswa OTS dan Stunned saya telah mengantongi LOA Unconditional dari Hanze University Applied and Science dengan jurusan Master in International Business and Science. Hasilnya, Peluang Besar Beasiswa Italy saya lewatkan dengan sangat konyol akibat kekeliruan saya melihat tanggal, sedangkan beasiswa Stunned saya dapati dengan ‘ your application has not been selected’. Allah menghibur saya dengan meloloskan beasiswa di University of Salerno, Italy. Pihak Universitas mengcover seluruh biasa perkuliahan dan membebaskan saya untuk tempat tinggal di asrama mahasiswa serta makan dua kali di kantin selama dua tahun penuh. Setidaknya itu sedikit lebih baik dari kemenangan saya pada Beasiswa OTS yang hanya mengcover SPP saja sedangkan biaya hidup ita harus bayar sendiri. Namun, peluang keduanya pun saya tolak dengan berbagai pertimbangan. Walau berada dalam lingkaran kegagalan, di tahun ini saya mendapatkan kado yang sangat amat berharga yaitu teman-teman yang soleh dan soleha. Di tahun ini saya merasa hidup kembali. Kedekatan kepada Tuhan yang sempat renggang beberapa tahun terakhir terbayar disini. Disini, ditahun ini saya benar- benar lahir kembali dan berusaha untuk menjemput rahmat Allah.
Awal tahun 2017 diawali dengan dilangsungkannya pernikahan saudara perempuan saya yang sekaligus sahabat serta orang yang paling me-support mimpi saya. Memang dikala itu beberapa orang menasehati saya untuk kuliah lagi di Indonesia saja atau menikah dikarenakan umur saya saat itu memasuki 26 tahun. ‘Lihat, dikala orang seumurmu sibuk menyiapkan baju pengantin , kamu malah sibuk mengejar baju wisudamu’ atau ‘ wanita tak perlu pendidikan tinggi, toh yang penting bisa urus suami dan anak’, beberapa kalimat demi kalimat terlontar dengan bebasnya oleh netizen. Namun, diawal tahun ini saya benar- benar memperbaiki niat saya untuk kuliah diluar negri. Bila dua tahun belakang niat saya untuk mendapatkan pengakuan oleh orang banyak namun kali ini niat saya hanya dua : belajar dan berdakwa. Ilmu yang saya dapat akan saya pakai untuk membentuk generasi rabani, keturunan saya akan saya didik diatas ilmu dan agama. Kemuadian, saya akan berjuang untuk mendapatkan posisi di masyarakat, sehingga bisa menolong agama Allah dengan skala lebih besar. Target saya tidak main- main, menjadi Dekan Fakultas Ekonomi. Seperti salah satu ungkapan sahabat saya ‘kalau kamu jadi orang biasa, kamu hanya bisa mengubah satu atau dua orang saja namun bila kamu jadi orang berkuasa kamu bisa mengubah satu negara’.  Aplikasi Beasiswa pertama yang saya lamar di tahun ini adalah Beasiswa ADB-JSP di Ruitsumeikan University. Tahap wawancara dengan Prof Kangkoo sedikit lebih berat ketimbang wawancara dengan Prof. David Flat. Benar- benar dibuat cemas dan panik. Pertanyaannya sangat teoritis, scientist dan sangat mendalam. Kita harus benar- benar paham proposal research yang kita buat bahkan pertanyaannya kadang kelewat jauh untuk ukuran ‘kadidat mahasiswa’. Hasilnya, di bulan Maret saya mendapatkan penolakan. Seiring banyaknya penolakan, seiring giatnya saya mencari rahmat Allah sehingga pada bulan Mei tahun ini saya memutuskan untuk menggunakan Cadar dengan dasar menjaga kehormatan saya serta meneladani pemimpin wanita syurga, Fatimah Az-Zahrah. Namun, dengan menggunakan Cadar bukan bearti saya harus menarik diri dengan mimpi yang ingin saya bangun. Terlebih saya ingin membuktikan bahwa wanita becadar pun mempunyai kualitas yang sama dengan orang lainnya. Cadar hanya menutupi wajah kami namun tidak dengan otak kami. Setelahnya, saya kembali mengajukan beasiswa Stunned dan kembali mendapatkan kegagalan. Saya tetat bangkit kembali sampai akhirnya pertahanan saya sedikit roboh ketika saya mendapatkan posisi sebagai ‘kadidat cadangan’ untuk beasiswa Hungaria. Batin saya benar- benar bergejok. Hungaria yang merupakan negara kecil pun tidak dapat ditembus apalagi negara yang lain. Sedih, pasti. Saya telah mengeluarkan banyak tenaga, pikiran serta uang dalam hal ini. Sekuat- kuatnya manusia pasti pernah berada di titik terendahnya. Setelahnya, saya tidak memikirkan untuk kuliah di luar negri lagi, saya hanya berfikir tahun depan kuliah di dalam nergri saja sambil tetap bekerja.
Akhir tahun 2017 tanpa sengaja saya menemukan satu lagi quote magic yang mengembalikan niat saya untuk melamar beasiswa. Kalimat itu berbunyi : Bisa jadi, Allah menempatkanmu di posisi rendah sebelum mengangkatmu ke posisi yang lebih tinggi.  Dengan Bismilah, saya memutuskan dua hal, pertama: Awal tahun 2018 saya mendaftarkan beasiswa ADB JSP Kobe University bila gagal saya akan kuliah di UIN Raden Fatah dengan jurusan Ekonomi Islam. Saya tak ingin menghabiskan waktu saya lagi seiring bertambahnya usia. Proses pendaftaran Beasiswa ADB JSP Kobe University mengharuskan untuk mendapatkan Sensei terlebih dahulu. Setelah menghubungi tiga sensei hanya satu sensei yang bersedia menerima saya yaitu Prof. Nobuaki Hamaguchi. Dikarenakan adanya winter break komunikasi saya dengan pihak universitas sedikit terhambat. Dengan huru hara yang sangat banyak, akhirnya saya berhasil mengirimkan aplikasi saya ke Jepang tepat satu minggu sebelum penutupan atau tiba dua hari sebelum deadline. Seiring menunggu tahap selanjutnya, saya mewakilkan Universitas Muhammadiyah Palembang mendaftarkan Beasiswa Kursus Bahasa Inggris bagi Karyawan ataupun Dosen di Lingkungan Mhammadiyah. Disini saya memasang niat menyimpang, bukan untuk belajar namun untuk liburan. Sangat memalukan. Namun, Allah memang mengetahui siapa yang membutuhkan , saya gagal di tahap wawancara akhir beasiswa ini. Namun, ternyata Allah telah mempersiapkan rencana yang lebih besar lagi. Saya dijadwalkan untuk mengikuti tahap wawancara via Skype sebagian bagian dari tahap seleksi Beasiswa ADB. Prof. Hamaguchi yang akan mewawancari saya. Memang Allah yang mempermudah segala sesuatu, wawancara yang berlangsung sekitar 45 menit benar- benar sangat lancar dan diakhiri dengan statement dari Prof. Hamaguchi ‘ I really enjoy to talk with you’ . Sabar, Allah melihat Usahamu. Beginilah Allah mengubah kesedihan menjadi kebahagian, merencanakan sesuatu yang besar di waktu yang sangat tepat. Pertengahan bulan  Maret 2017, saya menerima pengumuman bahwa saya lolos Beasiswa ADB JSP Kobe University. Beasiswa yang mencakup semua biaya. Allah meloloskan saya di waktu yang sangat tepat, disaat saya telah tumbuh menjadi sosok dewasa yang bijak, disaat saya mempunyai komunitas Islamic untuk berdakwa, disaat niat saya benar-benar tulus untuk menjadikan dunia ditangan saya dan akhirat di hati saya. Ketika saya mendapat email tersebut, saya pejamkan mata, cuplikan-cuplikan perjuangan saya beberapa tahun kebelakang langsung teringat, wajah orang tua yang penuh harap, wajah saudara saya yang selalu menguatkan. Kisah panjang yang benar- benar menguatkan saya, dan inilah saya, yang dididik menjadi pribadi yang kuat dengan banyaknya hantaman kegagalan. Bisa jadi kegagalan adalah cara Allah untuk mengembalikan kita kembali dekat kepadanya. Bagi saya inilah Catatatn Cinta yang diberikan Allah kepada saya. Tidak semua manusia dituliskan takdir kehidupan yang luar biasa ini. Bila saya langsung mendapatkan apa yang saya inginkan, lantas bagaimana saya tahu cara bersabar dan bersyukur. Terlebih, tidak ada cerita yang bisa saya bagikan untuk memotivasi orang diluar sana. Bagaimana saya sendirian menerjang kebisingan kota Jakarta hanya untuk ikut Seminar Beasiswa, Bagaimana saya harus banting tulang mendapatkan uang untuk tes IELTS, bagaimana sakitnya saya ketika kegagalan terus berpihak tanpa niatan untuk pergi.

Hari perama menginjakan kaki di Kobe University, saya berdiri didepan gedung utama, saya melihat keadaan sekitar, setelah mengucapkan Alhamdulilah, saya menoleh ke belakang, tersenyum dan berujar ‘Saya Berhasil’.











Sabtu, 06 Oktober 2018

27 September part 2



Perjalanan menuju Denpasar memakan waktu dua jam, Garuda menyediakan makan siang Opor Ayam serta Puding untuk para penumpang. Kita juga bisa meminta minum Jus jeruk, susu atau air  putih. Tentunya saya memilih untuk minum susu. Pelayanan kru Garuda memang sangat ramah dan telaten. Tanpa terasa tibalah saya di Ngurah Rai Airport. Saya langsung mencari tempat solat karena pukul sudah menunjukan 13.30 dan saya harus segera melaksanakan solat Zuhur. Setelah solat Zuhur saya sempat Video call dengan keluarga dan teman saya, mengabarkan bila saya sudah tiba di Denpasar dan akan melanjutkan penerbangan pukul 01.00 ke Osaka sehingga saya masih ada waktu untuk mengeksplore Denpasar. Setelah solat dan Video Call, tiba-tiba bang Ade , Ketua IRMA II Video Call dan meminta maaf bila tidak bisa mengantar ke Bandara.. Setelah bercakap sesaat saya melanjutkan planning saya untuk ke Pantai Kuta yang katanya terkenal. Dikarenakan Go-Jek tidak diperbolehkan masuk Bandara saya harus berjalan kaki sekitar  1 KM untuk ke spot yang memperbolehkan Go-Jek memngangkut penumpang. Tepat ketika saya mendapatkan Go – Jek, Adzan Asar berkumandang, dan lekas saya bilang ‘kita solat dulu baru lanjut’. Saya solat di Majid Al Amin dekat Bandara, Masjidnya Besar dan Indah. Tempat Wudhu nya sangat terpisah sehingga sangat nyaman untuk Ahkwat untuk mengambil Wudhu. Selepas Solat, saya langsung menuju Pantai Kuta, dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit dari Bandara. Pantai Kuta seperti pantai biasa, yang bedanya mungkin terlalu banyak bule disini. Anjing berkeliaran dimana- mana dan area yang banyak orang asing tidak pakaian sewajarmya, mereka sungguh membuat saya pusing kepala. Langsung saya cepat- cepat menuju Pasar seni Kuta untuk membeli tas disebabkan barang yang saya bawa sangatlah banyak sehingga saya butuh satu tas lagi disamping tas Ranselrensil dan tas bekal makanan saya. Akhirnya dapatlah tas dengan harga murah, 60.000 saja. Selepas dari sana saya keliling di kawasan Kuta, menyelusuri restoran- restoran yang terlihat mahal dan lain- lain. Saya hanya sempat mampir untuk membeli minuman di McDonal akibat lelah berjalan . dan sekitar pukul 17.00 saya memutuskan untu kembali ke Bandara Ngurah Rai dan saya memesan Go Car. Didalam perjalanan ke pulang ke Bandara saya mendapatkan Video Call dari Indra, Seketaris Umum yang saat itu sedang mengikuti Jambore Nasional di Jawa Barat. Disana saya juga bisa menyapa Ori, Genta, Joel  dan temana yang lainnya. Ya semacam komunikasi sebelum ke negeri sakura.

Keberangkatan Internasional Ngurah Rai Bali sangat amat dipenuhi oleh Orang asing, ada dari China, Korea, Jepang, Inggris, Australia dan lainnya. Sedikit saya melihat orang Indonesia disini. Karena solat Magrib  sebentar lagi saya segera menuju Praying Room yang berada di Lantai 2.  Mencari praying room cukup membut bingung dikarenakan memang tempat sangat luas dan bercabang. Waktu sudah memasuki solat Magrib. Saya memutuskan makan sebentar karena perut saya yang sangat lapar dikarenakan dari siang  belum makan apapun. Disana saya bertemu dengan Mbak Elsa, LPDP awardee yang juga Transit di Denpasar. Mbak Elsa ini akan melanjutkan studi ke Adelaide, Australia. Mbak Elsa solat terlebih dahulu karena saya ingin menganjal sedikit makanan agar tidak lapar dan konsentrasi beribadah.

Barulan sekitar lima menit saya menyantap makanan tiba- tiba wanita berparas India menghampiri saya ,

‘ Arah Kiblat dimana?’ , tanya wanita hitam manis tersebut.
‘ Lurus, tepat arah Jam 12 dari sini ‘ Jawab saya singkat.

Dia membalas dengan senyuman dan kemudian terlihat mengambil mukenah sedangkan saya mempercepat santap malam saya itu. Tidak lama berselang, wanita tadi kembali kearah saya dan berkata,

‘ Saya dengar Solat itu wajib untuk  orang Islam, Saya baru Dua Bulan masuk Islam tetapi Suami saya belum pernah mengajarkan saya tata cara solat. Tapi saya ingin solat sekarang ‘ Kata wanita tadi mantap.

Saya langsung ambil tindakan cepat, langsung saya hentikan makan malam saya.

‘Nanti saya akan memimpin mbak jadi Imam, Mbak ikutin saja gerakan saya, bila belum hafal bacaannya sebutkan saja allah di dalam hati tanpa bersuara, hadirkan Allah di hati sambil mendengar bacaan saya, sekarang Kita Wudhu terlebih dahulu’

Selepas wudhu, saya mengintruksikan wanita tersebut untuk menggunakan Mukenah,

‘ Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan , tidak boleh diperlihatkan ke sembarang orang kecuali Mahrom semisal Suami atau Saudara Laki- laki kandung’ Jelas saya singkat.

Wanita tersebut  memakai mukenah tersebut , dan ketika menoleh kea rah arah saya, saya hanya tersenyum,

‘ rambutnya tidak boleh Nampak mbak, ayo dirapikan lagi ‘ 

Seketika wanita tadi menata kembali mukenahnya, kemudian menoleh kembali tetap dengan rambut yang masih Nampak dikarenakan mukenah yang agak longgar. Hingga sampai tiga kali, akhirmya saya mengambil inisiatif,

‘ maaf mbak, saya izin merapikan rambutnya ya ‘ tawar saya.

Dengan cepat saya merapikan rambut, dirasa tampilan sudah baik saya mengintrusikkan lagi,

‘ mbak nanti ketika solat ikutin intruksi yang saya bilang sebelumnya dan sebelum niat kit abaca niat dulu, karena mbaknya belom hafal pakai Bahasa Indonesia saja, niatnya sengaja saya solat magrib tiga ra’kaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala, baca ini dalam hati sebelum saya takbir , mengerti kan’

Wanita tersebut menganguk, sekitika saya Qomat dan niat, Nampak samar wanita disebelah saya mengucapkan niat pelan dengan Bahasa Indonesia. Saya pun memulai solat dengan Khusyuk. Solat magrib itu saat isi dengan bacaan Surah Ar Rahman, walau bacaan saya yang pas – pasan, setidaknya saya ingin menyetuh emosi wanita tersebut dengan Surah Pelembut hati ini.  Nampak wanita tersebut yang menjadi makmum saya mengikuti Instruksi saya dengan baik. Ketika salam , saya membaca wirid singkat, wanita disebelah saya mengangkat kedua tangannya dan ketika selesai, dia pun mengaminkan. Selepas solat, saya ajak dia berdiskusi ternyata dia orang asli Denpasar, sekarang tengah dalam perjalanan. Suaminya cukup sibuk sehari – hari sehingga dia mencari tahu tentang Islam melalui internet. Sudah lama dia ingin solat tetapi tidak ada satu orang pun yang mengajarkannya. Lingkungan di rumahnya pun orang islamnya jarang. Singka cerita, saya mengenalkan islam dan memberi tahu hal- hal apa saya yang harus dijalankan sebagai muslim. Wanita itu mendengarkan secara seksama dan kemudian undur diri untuk perjalanan. Saya hanya berpesan untuk belajar solat dan minta diajarkan membaca Al Quran oleh suami. Seketika saya teringat cerita Ustazah Fatimah Iksir kala saya satu mobil dengan beliau, ketika itu saya menanyakan bagaimana Dakwa Ustazah di Malaysia, Bagaimana orang Islam disana? Dari jawaban beliau saya temui kesemaan nya dengan wanita yang temui di Denpasar ini. Di Malaysia, Ustazah menjelaskan ada sebuah kampung pelosok di dekat Gunung dimana penduduk kampung disana semuanya beragama Islam dan dikenal sebagai Islam asal. Walau mereka Islam tapi mereka tidak menjalankan Solat lima waktu dan beberapa kewajiban sebagai muslim lainnya. Sepengetahuan mereka kalau mau masuk islam Ya tinggal baca Syahadat selesai. Padahal masih banyak lahi hal – hal yang harus kita kerjakan sebaai muslim. Pertama Berdakwa disana Ustazah Fatimah Iksir menangis dan terus berdakwa disana sampai akhirnya penduduk Islam disana mengenal kewajiban mereka sebagai muslim.

Setelahnya saya melanjutkan aktivitas saya yang tertunda yaitu makan malam. Jedah waktu magrib dan Isya saya gunakan untuk makan dan mengobrol dengan mbak Elsa, sampai tibanya waktu Isya, kami pun solat bersama. Selepas solat Isya sekitar pukul 20.00 Saya sempat mengajak mbak Elsa untuk mengelilingi Bandara Ngurah Rai, tapi mbak Elsa menjawab:

‘ saya yakin saya akan kecapaian bila tiba di Adelaide dan tidak akan sempat membaca Al Kahfi , jadi saya harus selesaikan malam ini juga sebelum terbang ke Australia’

Jleb!! Benar- benar luar biasa, ini sosok pencari ilmu yang selalu menyeimbangkan dunia dan akhiratnya. Amalan Sunnah pun beliau jaga apalagi Wajib. Saya malu memilih akan membaca Al Kahfi ketika di Pesawat padahal saya punya waktu luang. Malah waktu luang ini ingin saya gunakan untuk berjalan- jalan . Seakan – akan mbak Elsa ini mengingatkan bahwa Waktu luang juga adalah sebuah Rezeki. Ya benar rezeki, rezeki yang harus kalian gunakan untuk memperoleh pahala. Malam itu dua perantau yang akan terbang ke Negri Sakura dan Negri Kangguru, berkhimat kepada Tuhan-nya. Dan semakin memahami makna bahwa ‘Demi Allah bukan karena kita yang hebat tapi karena Allah yang mempermudah’.

Selepas dari Musollah Bandara, saya menemani Mbak Elsa untuk mengambil Koper yang dia titipkan di Lantai 1. Mbak Elsa memulai perjalanan dari Jakarta ke Denpasar via Citilink sedangkan Denpasar menuju Adelaide via Jetstar sehingga koper harus dimabil di tempat Transit kemudian Check in Bagasi lagi. Sedangkan saya yang semuanya via Garuda telah ditanya petugas di awal Check in, mau mengambil Koper dimana, karena saya tidak ingin repot, saya menjawab Osaka saja. Setelah nya, kami menunggu boarding time, mbak Elsa akan masuk lewat Gate C-D sedangkan saya Gate A-B. Dikarenakan mbak Elsa penerbangan pukul 23.30 mbak Elsa pamit terlebih dahulu. Kami sempat bertukar Email dan saling mendoakan agar sukses di Tanah Perantauan. Sekitar satu jam saya menunggu sendiri, saya gunaan untuk membaca Al Quran, Bule- bule disamping saya sesekali menoleh kearah saya, bila terlihat saya hanya lemparkan senyuman. Inilah salah satu misi saya untuk ke Negara Asing, bukan karena ingin dianggap Hebat. Hanya karena saya ingin menunjukan cahaya Islam sembari menimbah ilmu. Seperti kata salah satu Prof yang saya lupa namanya ketika beliau memberi tausyiah singkat bada Zuhur di Masjid Muhammadiyah Palembang: 

’ Kalian Pemuda, pergilah menimbah Ilmu ke Luar Negri, pergilah keluar Negara kalian, Tunjukan Islam sebagai Agama yang santun nan terhormat. Patahkan pandangan negatif mereka tentang Islam, tidak harus kalian piadato panjang lebar di depan mimbar, cukup berdakwa dengan akhlak kalian maka sudah sangat membantu Agama ini. Disana, diluar sana masih banyak orang- orang yang tidak mengenal Islam. Disini di  Negara kalian dan Negara Saya, telah banyak penyampai Risilah Rasullulah. Boleh jadi rezeki kalian menimbah ilmu keluar negri, bukan hanya untuk mencari Ilmu tapi juga untuk berdakwa’.

Luar biasa sekali Prof ini menyuntikan semangat untuk Berdakwa.

Pukul 23.00 Penumpang Jurusan Denpasar menuju Osaka diperbolehkan  memasuki Gate. Banyak sekali pemeriksaan di Bandra ini, di dalam bandara juga banyak sekali Toko- toko yang memanjakan  mata pengunjung. Selepas pemeriksaan pertama scan barang saya juga harus scan finger terus jalan menuju pemeriksaaan Imigrasi, sempat ditanya petugas untuk apa Ke Jepang dan lainnya sampai akhirnya dipersilakan memasuki Waiting Room. Penerbangan Osaka hamper 85% penumpang diisi oleh Orang Jepang sendiri, orang Indonesia dan bule hanya seberapa. Tepat pukul 00.30 kami memasuki Pesawat. Disana hati dan pikiran saya campur aduk, Ini Gate yang akan memisahkan saya dengan Negara saya , melewati ini bearti saya tidak bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga serta sahabat-sahabat saya dalam waktu yang cukup lama, melewati ini juga bearti saya harus siap banting menjalani kehidupan dua tahun kedepan sebagai mahasiswa asing yang terkenal sibuk dikejar deadline paper dan kurang tidurnya dan terakhir melewati gate ini juga bearti saya siang mengemban Dakwa Islam yang mungkin akan sedikit sulit. Dengan mengucapkan Bismillilah, Sholawat dan Dzikir saya melewati Gate dan memasuki Pesawat. Saya duduk didedekat jendela dan wanita yang duduk disebelah saya adalah orang Jepang. Pesawat mulai lepas landas dan mengudara dengan baik, dari atas sana saya bisa melihat cahaya- cahaya cantik dari tanah Denpasar. 

Dan saat itu saya ucapkan : Selamat Tinggal Indonesia, See you in 2 years then.


Dunia in luas maka jangan mempersempit pergerakan diri. Sesekali, Datangi Bumi Allah yang lain. Karena Perantau adalah manusia yang bertarung dalam ketikapastian. Setiap Pertualangan pasti akan menghasilkan sebuah cerita. Pertuangan yang tak berhenti sebelum kita menemukan dimana letak kesuksesan kita.

Renungi mengapa Rasullulah berhijrah? Mengapa harus ke Madinah untuk membangun Komunitas?