Sabtu, 06 Oktober 2018

27 September part 2



Perjalanan menuju Denpasar memakan waktu dua jam, Garuda menyediakan makan siang Opor Ayam serta Puding untuk para penumpang. Kita juga bisa meminta minum Jus jeruk, susu atau air  putih. Tentunya saya memilih untuk minum susu. Pelayanan kru Garuda memang sangat ramah dan telaten. Tanpa terasa tibalah saya di Ngurah Rai Airport. Saya langsung mencari tempat solat karena pukul sudah menunjukan 13.30 dan saya harus segera melaksanakan solat Zuhur. Setelah solat Zuhur saya sempat Video call dengan keluarga dan teman saya, mengabarkan bila saya sudah tiba di Denpasar dan akan melanjutkan penerbangan pukul 01.00 ke Osaka sehingga saya masih ada waktu untuk mengeksplore Denpasar. Setelah solat dan Video Call, tiba-tiba bang Ade , Ketua IRMA II Video Call dan meminta maaf bila tidak bisa mengantar ke Bandara.. Setelah bercakap sesaat saya melanjutkan planning saya untuk ke Pantai Kuta yang katanya terkenal. Dikarenakan Go-Jek tidak diperbolehkan masuk Bandara saya harus berjalan kaki sekitar  1 KM untuk ke spot yang memperbolehkan Go-Jek memngangkut penumpang. Tepat ketika saya mendapatkan Go – Jek, Adzan Asar berkumandang, dan lekas saya bilang ‘kita solat dulu baru lanjut’. Saya solat di Majid Al Amin dekat Bandara, Masjidnya Besar dan Indah. Tempat Wudhu nya sangat terpisah sehingga sangat nyaman untuk Ahkwat untuk mengambil Wudhu. Selepas Solat, saya langsung menuju Pantai Kuta, dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit dari Bandara. Pantai Kuta seperti pantai biasa, yang bedanya mungkin terlalu banyak bule disini. Anjing berkeliaran dimana- mana dan area yang banyak orang asing tidak pakaian sewajarmya, mereka sungguh membuat saya pusing kepala. Langsung saya cepat- cepat menuju Pasar seni Kuta untuk membeli tas disebabkan barang yang saya bawa sangatlah banyak sehingga saya butuh satu tas lagi disamping tas Ranselrensil dan tas bekal makanan saya. Akhirnya dapatlah tas dengan harga murah, 60.000 saja. Selepas dari sana saya keliling di kawasan Kuta, menyelusuri restoran- restoran yang terlihat mahal dan lain- lain. Saya hanya sempat mampir untuk membeli minuman di McDonal akibat lelah berjalan . dan sekitar pukul 17.00 saya memutuskan untu kembali ke Bandara Ngurah Rai dan saya memesan Go Car. Didalam perjalanan ke pulang ke Bandara saya mendapatkan Video Call dari Indra, Seketaris Umum yang saat itu sedang mengikuti Jambore Nasional di Jawa Barat. Disana saya juga bisa menyapa Ori, Genta, Joel  dan temana yang lainnya. Ya semacam komunikasi sebelum ke negeri sakura.

Keberangkatan Internasional Ngurah Rai Bali sangat amat dipenuhi oleh Orang asing, ada dari China, Korea, Jepang, Inggris, Australia dan lainnya. Sedikit saya melihat orang Indonesia disini. Karena solat Magrib  sebentar lagi saya segera menuju Praying Room yang berada di Lantai 2.  Mencari praying room cukup membut bingung dikarenakan memang tempat sangat luas dan bercabang. Waktu sudah memasuki solat Magrib. Saya memutuskan makan sebentar karena perut saya yang sangat lapar dikarenakan dari siang  belum makan apapun. Disana saya bertemu dengan Mbak Elsa, LPDP awardee yang juga Transit di Denpasar. Mbak Elsa ini akan melanjutkan studi ke Adelaide, Australia. Mbak Elsa solat terlebih dahulu karena saya ingin menganjal sedikit makanan agar tidak lapar dan konsentrasi beribadah.

Barulan sekitar lima menit saya menyantap makanan tiba- tiba wanita berparas India menghampiri saya ,

‘ Arah Kiblat dimana?’ , tanya wanita hitam manis tersebut.
‘ Lurus, tepat arah Jam 12 dari sini ‘ Jawab saya singkat.

Dia membalas dengan senyuman dan kemudian terlihat mengambil mukenah sedangkan saya mempercepat santap malam saya itu. Tidak lama berselang, wanita tadi kembali kearah saya dan berkata,

‘ Saya dengar Solat itu wajib untuk  orang Islam, Saya baru Dua Bulan masuk Islam tetapi Suami saya belum pernah mengajarkan saya tata cara solat. Tapi saya ingin solat sekarang ‘ Kata wanita tadi mantap.

Saya langsung ambil tindakan cepat, langsung saya hentikan makan malam saya.

‘Nanti saya akan memimpin mbak jadi Imam, Mbak ikutin saja gerakan saya, bila belum hafal bacaannya sebutkan saja allah di dalam hati tanpa bersuara, hadirkan Allah di hati sambil mendengar bacaan saya, sekarang Kita Wudhu terlebih dahulu’

Selepas wudhu, saya mengintruksikan wanita tersebut untuk menggunakan Mukenah,

‘ Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan , tidak boleh diperlihatkan ke sembarang orang kecuali Mahrom semisal Suami atau Saudara Laki- laki kandung’ Jelas saya singkat.

Wanita tersebut  memakai mukenah tersebut , dan ketika menoleh kea rah arah saya, saya hanya tersenyum,

‘ rambutnya tidak boleh Nampak mbak, ayo dirapikan lagi ‘ 

Seketika wanita tadi menata kembali mukenahnya, kemudian menoleh kembali tetap dengan rambut yang masih Nampak dikarenakan mukenah yang agak longgar. Hingga sampai tiga kali, akhirmya saya mengambil inisiatif,

‘ maaf mbak, saya izin merapikan rambutnya ya ‘ tawar saya.

Dengan cepat saya merapikan rambut, dirasa tampilan sudah baik saya mengintrusikkan lagi,

‘ mbak nanti ketika solat ikutin intruksi yang saya bilang sebelumnya dan sebelum niat kit abaca niat dulu, karena mbaknya belom hafal pakai Bahasa Indonesia saja, niatnya sengaja saya solat magrib tiga ra’kaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala, baca ini dalam hati sebelum saya takbir , mengerti kan’

Wanita tersebut menganguk, sekitika saya Qomat dan niat, Nampak samar wanita disebelah saya mengucapkan niat pelan dengan Bahasa Indonesia. Saya pun memulai solat dengan Khusyuk. Solat magrib itu saat isi dengan bacaan Surah Ar Rahman, walau bacaan saya yang pas – pasan, setidaknya saya ingin menyetuh emosi wanita tersebut dengan Surah Pelembut hati ini.  Nampak wanita tersebut yang menjadi makmum saya mengikuti Instruksi saya dengan baik. Ketika salam , saya membaca wirid singkat, wanita disebelah saya mengangkat kedua tangannya dan ketika selesai, dia pun mengaminkan. Selepas solat, saya ajak dia berdiskusi ternyata dia orang asli Denpasar, sekarang tengah dalam perjalanan. Suaminya cukup sibuk sehari – hari sehingga dia mencari tahu tentang Islam melalui internet. Sudah lama dia ingin solat tetapi tidak ada satu orang pun yang mengajarkannya. Lingkungan di rumahnya pun orang islamnya jarang. Singka cerita, saya mengenalkan islam dan memberi tahu hal- hal apa saya yang harus dijalankan sebagai muslim. Wanita itu mendengarkan secara seksama dan kemudian undur diri untuk perjalanan. Saya hanya berpesan untuk belajar solat dan minta diajarkan membaca Al Quran oleh suami. Seketika saya teringat cerita Ustazah Fatimah Iksir kala saya satu mobil dengan beliau, ketika itu saya menanyakan bagaimana Dakwa Ustazah di Malaysia, Bagaimana orang Islam disana? Dari jawaban beliau saya temui kesemaan nya dengan wanita yang temui di Denpasar ini. Di Malaysia, Ustazah menjelaskan ada sebuah kampung pelosok di dekat Gunung dimana penduduk kampung disana semuanya beragama Islam dan dikenal sebagai Islam asal. Walau mereka Islam tapi mereka tidak menjalankan Solat lima waktu dan beberapa kewajiban sebagai muslim lainnya. Sepengetahuan mereka kalau mau masuk islam Ya tinggal baca Syahadat selesai. Padahal masih banyak lahi hal – hal yang harus kita kerjakan sebaai muslim. Pertama Berdakwa disana Ustazah Fatimah Iksir menangis dan terus berdakwa disana sampai akhirnya penduduk Islam disana mengenal kewajiban mereka sebagai muslim.

Setelahnya saya melanjutkan aktivitas saya yang tertunda yaitu makan malam. Jedah waktu magrib dan Isya saya gunakan untuk makan dan mengobrol dengan mbak Elsa, sampai tibanya waktu Isya, kami pun solat bersama. Selepas solat Isya sekitar pukul 20.00 Saya sempat mengajak mbak Elsa untuk mengelilingi Bandara Ngurah Rai, tapi mbak Elsa menjawab:

‘ saya yakin saya akan kecapaian bila tiba di Adelaide dan tidak akan sempat membaca Al Kahfi , jadi saya harus selesaikan malam ini juga sebelum terbang ke Australia’

Jleb!! Benar- benar luar biasa, ini sosok pencari ilmu yang selalu menyeimbangkan dunia dan akhiratnya. Amalan Sunnah pun beliau jaga apalagi Wajib. Saya malu memilih akan membaca Al Kahfi ketika di Pesawat padahal saya punya waktu luang. Malah waktu luang ini ingin saya gunakan untuk berjalan- jalan . Seakan – akan mbak Elsa ini mengingatkan bahwa Waktu luang juga adalah sebuah Rezeki. Ya benar rezeki, rezeki yang harus kalian gunakan untuk memperoleh pahala. Malam itu dua perantau yang akan terbang ke Negri Sakura dan Negri Kangguru, berkhimat kepada Tuhan-nya. Dan semakin memahami makna bahwa ‘Demi Allah bukan karena kita yang hebat tapi karena Allah yang mempermudah’.

Selepas dari Musollah Bandara, saya menemani Mbak Elsa untuk mengambil Koper yang dia titipkan di Lantai 1. Mbak Elsa memulai perjalanan dari Jakarta ke Denpasar via Citilink sedangkan Denpasar menuju Adelaide via Jetstar sehingga koper harus dimabil di tempat Transit kemudian Check in Bagasi lagi. Sedangkan saya yang semuanya via Garuda telah ditanya petugas di awal Check in, mau mengambil Koper dimana, karena saya tidak ingin repot, saya menjawab Osaka saja. Setelah nya, kami menunggu boarding time, mbak Elsa akan masuk lewat Gate C-D sedangkan saya Gate A-B. Dikarenakan mbak Elsa penerbangan pukul 23.30 mbak Elsa pamit terlebih dahulu. Kami sempat bertukar Email dan saling mendoakan agar sukses di Tanah Perantauan. Sekitar satu jam saya menunggu sendiri, saya gunaan untuk membaca Al Quran, Bule- bule disamping saya sesekali menoleh kearah saya, bila terlihat saya hanya lemparkan senyuman. Inilah salah satu misi saya untuk ke Negara Asing, bukan karena ingin dianggap Hebat. Hanya karena saya ingin menunjukan cahaya Islam sembari menimbah ilmu. Seperti kata salah satu Prof yang saya lupa namanya ketika beliau memberi tausyiah singkat bada Zuhur di Masjid Muhammadiyah Palembang: 

’ Kalian Pemuda, pergilah menimbah Ilmu ke Luar Negri, pergilah keluar Negara kalian, Tunjukan Islam sebagai Agama yang santun nan terhormat. Patahkan pandangan negatif mereka tentang Islam, tidak harus kalian piadato panjang lebar di depan mimbar, cukup berdakwa dengan akhlak kalian maka sudah sangat membantu Agama ini. Disana, diluar sana masih banyak orang- orang yang tidak mengenal Islam. Disini di  Negara kalian dan Negara Saya, telah banyak penyampai Risilah Rasullulah. Boleh jadi rezeki kalian menimbah ilmu keluar negri, bukan hanya untuk mencari Ilmu tapi juga untuk berdakwa’.

Luar biasa sekali Prof ini menyuntikan semangat untuk Berdakwa.

Pukul 23.00 Penumpang Jurusan Denpasar menuju Osaka diperbolehkan  memasuki Gate. Banyak sekali pemeriksaan di Bandra ini, di dalam bandara juga banyak sekali Toko- toko yang memanjakan  mata pengunjung. Selepas pemeriksaan pertama scan barang saya juga harus scan finger terus jalan menuju pemeriksaaan Imigrasi, sempat ditanya petugas untuk apa Ke Jepang dan lainnya sampai akhirnya dipersilakan memasuki Waiting Room. Penerbangan Osaka hamper 85% penumpang diisi oleh Orang Jepang sendiri, orang Indonesia dan bule hanya seberapa. Tepat pukul 00.30 kami memasuki Pesawat. Disana hati dan pikiran saya campur aduk, Ini Gate yang akan memisahkan saya dengan Negara saya , melewati ini bearti saya tidak bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga serta sahabat-sahabat saya dalam waktu yang cukup lama, melewati ini juga bearti saya harus siap banting menjalani kehidupan dua tahun kedepan sebagai mahasiswa asing yang terkenal sibuk dikejar deadline paper dan kurang tidurnya dan terakhir melewati gate ini juga bearti saya siang mengemban Dakwa Islam yang mungkin akan sedikit sulit. Dengan mengucapkan Bismillilah, Sholawat dan Dzikir saya melewati Gate dan memasuki Pesawat. Saya duduk didedekat jendela dan wanita yang duduk disebelah saya adalah orang Jepang. Pesawat mulai lepas landas dan mengudara dengan baik, dari atas sana saya bisa melihat cahaya- cahaya cantik dari tanah Denpasar. 

Dan saat itu saya ucapkan : Selamat Tinggal Indonesia, See you in 2 years then.


Dunia in luas maka jangan mempersempit pergerakan diri. Sesekali, Datangi Bumi Allah yang lain. Karena Perantau adalah manusia yang bertarung dalam ketikapastian. Setiap Pertualangan pasti akan menghasilkan sebuah cerita. Pertuangan yang tak berhenti sebelum kita menemukan dimana letak kesuksesan kita.

Renungi mengapa Rasullulah berhijrah? Mengapa harus ke Madinah untuk membangun Komunitas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar