Tepat satu minggu dua hari saya menginjakan kaki di Negri Matahari ini. Masih terkenang ketika Keluarga dan Sahabat menghantarkan saya untuk memulai Pertualangan baru di Negri yang terkenal sangat displin ini. Walau malam sebelum jadwal keberangkatan harus tidur larut malam dikarenakan masih di kunjungi sahabat yang berkujung akibat tidak bisa mengantar ke Bandara, dengan bermodal tidur tiga jam, pukul 03.30 dini hari saya tetap meluangkan waktu tidur saya untuk Solat Malam. Bagi saya, alangka baiknya segala hal dimulai dengan hal yang baik. Suasana masih sangat hening ketika saya masih bersujud untuk meminta keselamatan dan keberkahan atas keberangkatan saya. Sungguh tidak ada yang bisa menolong saya kecuali atas campur tangan yang kuasa. Disela sujud pun saya tak henti- hentinya berterima kasih atas nikmat dan rezeki dari Allah yang akhirnya mengabulkan impian saya walau dengan jangka waktu yang cukup lama. Tapi yang harus di sadari adalah, waktu penantian tersebut malahan menjadi waktu yang paling berharga dalam hidup saya. Disana saya belajar Bagaimana artinya sabar yang Hakiki, Perjuangan tanpa batas yang tidak kenal lelah, Ribuan atau bahkan jutaan doa yang terus saya lontarkan di setiap ibadah dan sujud saya, hati yang patah karena kegagalan dan harus diperbaiki dengan sikap ksatria yang harus berlapang dada dalam rangkaian kegagalan. Setiap saya jatuh, saya harus membangkitkan diri saya sendiri untuk menyelamatkan diri saya sendiri. Jika saya bisa merubah rasa kecewa dan rasa sakit menjadi sebuah kekuatan, maka saya menang namun bila rasa sakit dan rasa kecewa membuat saya menjadi lemah maka saya kalah. Dan Allah Ya Rahman benar- benar mengabulkan Doa di waktu yang sangat tepat. Di saat saya benar- benar siap dengan ilmu yang cukup , kematang pibadi yang cukup dan bekal yang cukup pula. Andai saya diberngkatkan dua tahun lalu, saya rasa belumlah sampai di level kesiapan seperti ini.
Setelah solat malam saya termenung menunggu waktu
subhu. Saya pandangi wajah Kakak Perempuan saya. Demi Allah, dia adalah salah
satu perantara dari pertolongan Allah. Saudara saya telah mengorbankan banyak
hal baik pikiran, harta dan waktu untuk membantu saya dalam mencapai cita-
cita. Impian untuk kuliah di Jepang adalah impiannya dan harus dia tinggalkan
demi Keluarga kecil yang dia bangun bersama Kakak Ipar saya yang juga luar
biasa. Dini hari ini, Kakak saya tengah tidur pulas dengan Perut membuncit.
Sekitar satu pekan lagi dia akan melahirkan anak pertama. Impiannya yang telah
terkubur kini saya ambil ahli. Dia adalah salah satu alasan saya sampai ke
level ini.
Subhu kala itu benar- benar sangat berkesan. Seperti
biasa Ibu saya sibuk menyiapkan sarapan pagi, Ayah sibuk menonton siaran
Olahraga dan Adik Laki- laki saya masih setengah Kasur takkala Ibu saya sudah
menyuruhnya untuk mandi, Sedangkan saya masih tengah menghatamkan Surah Yasin
yang selau menjadi pembuka di awal Pagi hari dan Kakak perempuan saya msih
dengan Tadarusnya.

Teapat pukul Tujuh, kami sekeluarga mulai bergerak ke
SMB II, Baru sampai pintu Gerbang Komplek. Terlihatlah tiga orang wanita
berkendaraan sepeda motor roda dua yang awalnya ingin ke berkunjung ke Rumah
tapi saya suruh langsung Ke Bandara. Mereka adalah adik- adik saya dari Ummi
Squad., Indah, Nurul dan Uwik. Indah selalu membawa keceriaan walau kadang
menyebalkan karena tidak kenal tempat haha, Nurul selalu mencoba menjadi
Psikolog Umi Squad walau kadang benar
dan kadang juga salah hahah sedangkan Uwik selalu membawa Kelembutan dan
Kehangatan. Bercanda ya ^^.

Menjelang pukul Sembilan pagi adalah saat- saat saya
untuk meninggalkan Kampung Halaman saya Palembang. Segera saya menyalami dan
meminta restu dan doa kepada orang tua saya. Ketika saya tengan berpamit dan
berpelukan dengan keluarga saya, Di lain sisi teman-teman saya yang akhwat
tengah berpelukan dan menangis. Sengaja belum saya berpamitan mereka, puaskan
saja mereka menangis. Saya berpamitan terlebih dahulu dengan teman saya yang
ikhwan, mereka menyemangati dengan doa dan sukacita. Dan saat itu saya kembali
diberi hadiah Gantungan Kunci Ninja oleh
Romi dan juga dibekali Pempek untuk dimakan di Pesawat. Dan akhirnya saya
berpamitan dengan Sahabat saya yang Akhwat, tentunya yang paling heboh menangis
dalah Indah. Indah adalah sahabat terdekat saya di IRMA, dia tahu semua tengan
saya dan apa yang terjadi di kehidupan saya, kemana- mana saya berdua dengannya
atau berlima dengan Umi Squad. Mata Uwik juga kala itu sudah merah, Nurul
jangan ditanya, dia yang paling tegar walau hati menangis. Dan sosok yang
menagis sedu juga adalah Shancez, adik kuat tapi cepat touching sama halnya
dengan Hayati. Saya hanya berpesan dengan Sahnces dan aHayati untuk Rajin
Kuliah dan Jangan Bolos Kuliah. Dan disana juga ada Ria dan saya berpesan kepada
Ria untuk tetap Belajar, tahun depan ayo kuliah . Mereka memeluk sangat kencang
dan saya hanya bilang, ‘Tenang saya akan kembali lagi nanti’ tapi mereka semua masih menangis. Sampai-
sampai Ustadz Fauzi harus mengingatkan bila saya sudah harus masuk ke bandara. Saya
tidak menangis sedikit pun. Beruntung kala itu , Fadel yang kerja di anak
perusahaan Angkasa Pura bisa masuk dan membantu saya untuk membawa barang yang
cukup banyak akibat berbagai macam hadiah susulan. Sebelum benar- benar masuk
kebandara saya sempat berbalik dan melambaikan tangan ke keluarga dan sahabat-
sahabat saya. Dan ketika itu saya tertekad akan kembali dan membawa Prestasi.
Fadel hanya bisa mengantar saya sampai ke depan
Waiting Room, setelah salam perpisahan saya memasuki Waiting Room. Baru 5 menit
saya duduk, penumpang sudah diharuskan Bording, karena pesawat cukup jauh ,
kami penumpang Tujuan Palembang – Denpasar harus naik Shuttle bus menuju
Pesawat. Garuda memang memiliki pelayanan yang baik, semua kru sangat ramah.
Memasuki pesawat saya disambut dengan senyum ramah dan ditawarkan untuk
dibawakan bawaan saya. Karena bawaan saya saaat itu sedikit ribet sekaligus saya
penasaran apa isi nya sehingga hanya tas saya yang saya letakan di atas kabin, semua hadiah saya letakan disisi saya
duduk. Sebelum berangkat saya coba membuka kado-kado saya. Namun sesuai janji
saya harus mebuka surat dari seseorang yang hanyak boleh dibuka setelah duduk
dalam pesawat. Seperti di Film-film lah. Isinya cukup membuat mengerutkan alis.
Kado kedua saya buka adalah dari Miss Novia yang ternyata isinya adalah Novel
dari Penulis kesukaan saya Habiburahman, dan yang paling special adalah di
sampul depan buku tersebut ada Tanda Tangan asli kang abik, buku yang berjudul ‘Merindu
Baginda Nabi’ merupakan hadiah yang
sangat luar biasa. Miss Novia juga menuliskan Note singkat yang ditulis di
Pembantas buku Love buatannya sendiri. Really Nice. Selanjutnya saya buka adalah kado yang tiba-
tiba ada di kantong hadiah, setelah saya buka isinya adalah Buku karangan Ahmad
Rifa’I Rif’an dengan Judul ‘Hidup Sekali, Berarti lalu mati’ dan ada Note
singkat disana, tulisannya sangat rapi dan seketika saya tau pengirimnya siapa dan
ditambah tulisan ‘dem jadilah’ phrase yang sering disebutkan beliau. Buku Best
Saller ini sungguh luar biasa, Tulisan Rifa’I mempunyai kekuatan yang bisa menyentuh
emosi. Dan sampai akhirnya Pesawat akan
lepas landas dan saya menghentikan kegiatan saya dan menyisakan dua kotak hadiah
yang belum dibuka. Saya duduk manis dan makan pempek , makanan yang paling akan
saya rindukan di Jepang Nanti.
15 menit terbang di Udara, saya tidak bisa menahan
rasa untuk tidak membuka sisa kado tersebut. Yang saya buka pertama adalah kotak yang paling besar dan
ternyata isinya adalah Sandal dan Long Coat. Dan selanjutnya ketika membuka
kotak kecil satunya ternyata testimony dari para anggota Orsen OJT 1 beserta
pengurus Orsen. Tentunya hadiah Testimoni yang paling panjang di tulis oleh
Shances dan peringkat ke dua adalah Hayati dan ketiga dalah dari IIs. Secara
garis besar isi dari testimony adalah doa dan ucapan selamat kepada saya serta
ucapan untuk menyuruh Menikah hahah. Terima kasih Keluarga Orsen, You are The
Best.
Bersambung...........
'Akan lahir beberapa Sudara dari Rahim yang berbeda , karena saudara tak mesti Sedarah'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar