Sabtu, 06 Oktober 2018

27 September part 2



Perjalanan menuju Denpasar memakan waktu dua jam, Garuda menyediakan makan siang Opor Ayam serta Puding untuk para penumpang. Kita juga bisa meminta minum Jus jeruk, susu atau air  putih. Tentunya saya memilih untuk minum susu. Pelayanan kru Garuda memang sangat ramah dan telaten. Tanpa terasa tibalah saya di Ngurah Rai Airport. Saya langsung mencari tempat solat karena pukul sudah menunjukan 13.30 dan saya harus segera melaksanakan solat Zuhur. Setelah solat Zuhur saya sempat Video call dengan keluarga dan teman saya, mengabarkan bila saya sudah tiba di Denpasar dan akan melanjutkan penerbangan pukul 01.00 ke Osaka sehingga saya masih ada waktu untuk mengeksplore Denpasar. Setelah solat dan Video Call, tiba-tiba bang Ade , Ketua IRMA II Video Call dan meminta maaf bila tidak bisa mengantar ke Bandara.. Setelah bercakap sesaat saya melanjutkan planning saya untuk ke Pantai Kuta yang katanya terkenal. Dikarenakan Go-Jek tidak diperbolehkan masuk Bandara saya harus berjalan kaki sekitar  1 KM untuk ke spot yang memperbolehkan Go-Jek memngangkut penumpang. Tepat ketika saya mendapatkan Go – Jek, Adzan Asar berkumandang, dan lekas saya bilang ‘kita solat dulu baru lanjut’. Saya solat di Majid Al Amin dekat Bandara, Masjidnya Besar dan Indah. Tempat Wudhu nya sangat terpisah sehingga sangat nyaman untuk Ahkwat untuk mengambil Wudhu. Selepas Solat, saya langsung menuju Pantai Kuta, dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit dari Bandara. Pantai Kuta seperti pantai biasa, yang bedanya mungkin terlalu banyak bule disini. Anjing berkeliaran dimana- mana dan area yang banyak orang asing tidak pakaian sewajarmya, mereka sungguh membuat saya pusing kepala. Langsung saya cepat- cepat menuju Pasar seni Kuta untuk membeli tas disebabkan barang yang saya bawa sangatlah banyak sehingga saya butuh satu tas lagi disamping tas Ranselrensil dan tas bekal makanan saya. Akhirnya dapatlah tas dengan harga murah, 60.000 saja. Selepas dari sana saya keliling di kawasan Kuta, menyelusuri restoran- restoran yang terlihat mahal dan lain- lain. Saya hanya sempat mampir untuk membeli minuman di McDonal akibat lelah berjalan . dan sekitar pukul 17.00 saya memutuskan untu kembali ke Bandara Ngurah Rai dan saya memesan Go Car. Didalam perjalanan ke pulang ke Bandara saya mendapatkan Video Call dari Indra, Seketaris Umum yang saat itu sedang mengikuti Jambore Nasional di Jawa Barat. Disana saya juga bisa menyapa Ori, Genta, Joel  dan temana yang lainnya. Ya semacam komunikasi sebelum ke negeri sakura.

Keberangkatan Internasional Ngurah Rai Bali sangat amat dipenuhi oleh Orang asing, ada dari China, Korea, Jepang, Inggris, Australia dan lainnya. Sedikit saya melihat orang Indonesia disini. Karena solat Magrib  sebentar lagi saya segera menuju Praying Room yang berada di Lantai 2.  Mencari praying room cukup membut bingung dikarenakan memang tempat sangat luas dan bercabang. Waktu sudah memasuki solat Magrib. Saya memutuskan makan sebentar karena perut saya yang sangat lapar dikarenakan dari siang  belum makan apapun. Disana saya bertemu dengan Mbak Elsa, LPDP awardee yang juga Transit di Denpasar. Mbak Elsa ini akan melanjutkan studi ke Adelaide, Australia. Mbak Elsa solat terlebih dahulu karena saya ingin menganjal sedikit makanan agar tidak lapar dan konsentrasi beribadah.

Barulan sekitar lima menit saya menyantap makanan tiba- tiba wanita berparas India menghampiri saya ,

‘ Arah Kiblat dimana?’ , tanya wanita hitam manis tersebut.
‘ Lurus, tepat arah Jam 12 dari sini ‘ Jawab saya singkat.

Dia membalas dengan senyuman dan kemudian terlihat mengambil mukenah sedangkan saya mempercepat santap malam saya itu. Tidak lama berselang, wanita tadi kembali kearah saya dan berkata,

‘ Saya dengar Solat itu wajib untuk  orang Islam, Saya baru Dua Bulan masuk Islam tetapi Suami saya belum pernah mengajarkan saya tata cara solat. Tapi saya ingin solat sekarang ‘ Kata wanita tadi mantap.

Saya langsung ambil tindakan cepat, langsung saya hentikan makan malam saya.

‘Nanti saya akan memimpin mbak jadi Imam, Mbak ikutin saja gerakan saya, bila belum hafal bacaannya sebutkan saja allah di dalam hati tanpa bersuara, hadirkan Allah di hati sambil mendengar bacaan saya, sekarang Kita Wudhu terlebih dahulu’

Selepas wudhu, saya mengintruksikan wanita tersebut untuk menggunakan Mukenah,

‘ Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan , tidak boleh diperlihatkan ke sembarang orang kecuali Mahrom semisal Suami atau Saudara Laki- laki kandung’ Jelas saya singkat.

Wanita tersebut  memakai mukenah tersebut , dan ketika menoleh kea rah arah saya, saya hanya tersenyum,

‘ rambutnya tidak boleh Nampak mbak, ayo dirapikan lagi ‘ 

Seketika wanita tadi menata kembali mukenahnya, kemudian menoleh kembali tetap dengan rambut yang masih Nampak dikarenakan mukenah yang agak longgar. Hingga sampai tiga kali, akhirmya saya mengambil inisiatif,

‘ maaf mbak, saya izin merapikan rambutnya ya ‘ tawar saya.

Dengan cepat saya merapikan rambut, dirasa tampilan sudah baik saya mengintrusikkan lagi,

‘ mbak nanti ketika solat ikutin intruksi yang saya bilang sebelumnya dan sebelum niat kit abaca niat dulu, karena mbaknya belom hafal pakai Bahasa Indonesia saja, niatnya sengaja saya solat magrib tiga ra’kaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala, baca ini dalam hati sebelum saya takbir , mengerti kan’

Wanita tersebut menganguk, sekitika saya Qomat dan niat, Nampak samar wanita disebelah saya mengucapkan niat pelan dengan Bahasa Indonesia. Saya pun memulai solat dengan Khusyuk. Solat magrib itu saat isi dengan bacaan Surah Ar Rahman, walau bacaan saya yang pas – pasan, setidaknya saya ingin menyetuh emosi wanita tersebut dengan Surah Pelembut hati ini.  Nampak wanita tersebut yang menjadi makmum saya mengikuti Instruksi saya dengan baik. Ketika salam , saya membaca wirid singkat, wanita disebelah saya mengangkat kedua tangannya dan ketika selesai, dia pun mengaminkan. Selepas solat, saya ajak dia berdiskusi ternyata dia orang asli Denpasar, sekarang tengah dalam perjalanan. Suaminya cukup sibuk sehari – hari sehingga dia mencari tahu tentang Islam melalui internet. Sudah lama dia ingin solat tetapi tidak ada satu orang pun yang mengajarkannya. Lingkungan di rumahnya pun orang islamnya jarang. Singka cerita, saya mengenalkan islam dan memberi tahu hal- hal apa saya yang harus dijalankan sebagai muslim. Wanita itu mendengarkan secara seksama dan kemudian undur diri untuk perjalanan. Saya hanya berpesan untuk belajar solat dan minta diajarkan membaca Al Quran oleh suami. Seketika saya teringat cerita Ustazah Fatimah Iksir kala saya satu mobil dengan beliau, ketika itu saya menanyakan bagaimana Dakwa Ustazah di Malaysia, Bagaimana orang Islam disana? Dari jawaban beliau saya temui kesemaan nya dengan wanita yang temui di Denpasar ini. Di Malaysia, Ustazah menjelaskan ada sebuah kampung pelosok di dekat Gunung dimana penduduk kampung disana semuanya beragama Islam dan dikenal sebagai Islam asal. Walau mereka Islam tapi mereka tidak menjalankan Solat lima waktu dan beberapa kewajiban sebagai muslim lainnya. Sepengetahuan mereka kalau mau masuk islam Ya tinggal baca Syahadat selesai. Padahal masih banyak lahi hal – hal yang harus kita kerjakan sebaai muslim. Pertama Berdakwa disana Ustazah Fatimah Iksir menangis dan terus berdakwa disana sampai akhirnya penduduk Islam disana mengenal kewajiban mereka sebagai muslim.

Setelahnya saya melanjutkan aktivitas saya yang tertunda yaitu makan malam. Jedah waktu magrib dan Isya saya gunakan untuk makan dan mengobrol dengan mbak Elsa, sampai tibanya waktu Isya, kami pun solat bersama. Selepas solat Isya sekitar pukul 20.00 Saya sempat mengajak mbak Elsa untuk mengelilingi Bandara Ngurah Rai, tapi mbak Elsa menjawab:

‘ saya yakin saya akan kecapaian bila tiba di Adelaide dan tidak akan sempat membaca Al Kahfi , jadi saya harus selesaikan malam ini juga sebelum terbang ke Australia’

Jleb!! Benar- benar luar biasa, ini sosok pencari ilmu yang selalu menyeimbangkan dunia dan akhiratnya. Amalan Sunnah pun beliau jaga apalagi Wajib. Saya malu memilih akan membaca Al Kahfi ketika di Pesawat padahal saya punya waktu luang. Malah waktu luang ini ingin saya gunakan untuk berjalan- jalan . Seakan – akan mbak Elsa ini mengingatkan bahwa Waktu luang juga adalah sebuah Rezeki. Ya benar rezeki, rezeki yang harus kalian gunakan untuk memperoleh pahala. Malam itu dua perantau yang akan terbang ke Negri Sakura dan Negri Kangguru, berkhimat kepada Tuhan-nya. Dan semakin memahami makna bahwa ‘Demi Allah bukan karena kita yang hebat tapi karena Allah yang mempermudah’.

Selepas dari Musollah Bandara, saya menemani Mbak Elsa untuk mengambil Koper yang dia titipkan di Lantai 1. Mbak Elsa memulai perjalanan dari Jakarta ke Denpasar via Citilink sedangkan Denpasar menuju Adelaide via Jetstar sehingga koper harus dimabil di tempat Transit kemudian Check in Bagasi lagi. Sedangkan saya yang semuanya via Garuda telah ditanya petugas di awal Check in, mau mengambil Koper dimana, karena saya tidak ingin repot, saya menjawab Osaka saja. Setelah nya, kami menunggu boarding time, mbak Elsa akan masuk lewat Gate C-D sedangkan saya Gate A-B. Dikarenakan mbak Elsa penerbangan pukul 23.30 mbak Elsa pamit terlebih dahulu. Kami sempat bertukar Email dan saling mendoakan agar sukses di Tanah Perantauan. Sekitar satu jam saya menunggu sendiri, saya gunaan untuk membaca Al Quran, Bule- bule disamping saya sesekali menoleh kearah saya, bila terlihat saya hanya lemparkan senyuman. Inilah salah satu misi saya untuk ke Negara Asing, bukan karena ingin dianggap Hebat. Hanya karena saya ingin menunjukan cahaya Islam sembari menimbah ilmu. Seperti kata salah satu Prof yang saya lupa namanya ketika beliau memberi tausyiah singkat bada Zuhur di Masjid Muhammadiyah Palembang: 

’ Kalian Pemuda, pergilah menimbah Ilmu ke Luar Negri, pergilah keluar Negara kalian, Tunjukan Islam sebagai Agama yang santun nan terhormat. Patahkan pandangan negatif mereka tentang Islam, tidak harus kalian piadato panjang lebar di depan mimbar, cukup berdakwa dengan akhlak kalian maka sudah sangat membantu Agama ini. Disana, diluar sana masih banyak orang- orang yang tidak mengenal Islam. Disini di  Negara kalian dan Negara Saya, telah banyak penyampai Risilah Rasullulah. Boleh jadi rezeki kalian menimbah ilmu keluar negri, bukan hanya untuk mencari Ilmu tapi juga untuk berdakwa’.

Luar biasa sekali Prof ini menyuntikan semangat untuk Berdakwa.

Pukul 23.00 Penumpang Jurusan Denpasar menuju Osaka diperbolehkan  memasuki Gate. Banyak sekali pemeriksaan di Bandra ini, di dalam bandara juga banyak sekali Toko- toko yang memanjakan  mata pengunjung. Selepas pemeriksaan pertama scan barang saya juga harus scan finger terus jalan menuju pemeriksaaan Imigrasi, sempat ditanya petugas untuk apa Ke Jepang dan lainnya sampai akhirnya dipersilakan memasuki Waiting Room. Penerbangan Osaka hamper 85% penumpang diisi oleh Orang Jepang sendiri, orang Indonesia dan bule hanya seberapa. Tepat pukul 00.30 kami memasuki Pesawat. Disana hati dan pikiran saya campur aduk, Ini Gate yang akan memisahkan saya dengan Negara saya , melewati ini bearti saya tidak bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga serta sahabat-sahabat saya dalam waktu yang cukup lama, melewati ini juga bearti saya harus siap banting menjalani kehidupan dua tahun kedepan sebagai mahasiswa asing yang terkenal sibuk dikejar deadline paper dan kurang tidurnya dan terakhir melewati gate ini juga bearti saya siang mengemban Dakwa Islam yang mungkin akan sedikit sulit. Dengan mengucapkan Bismillilah, Sholawat dan Dzikir saya melewati Gate dan memasuki Pesawat. Saya duduk didedekat jendela dan wanita yang duduk disebelah saya adalah orang Jepang. Pesawat mulai lepas landas dan mengudara dengan baik, dari atas sana saya bisa melihat cahaya- cahaya cantik dari tanah Denpasar. 

Dan saat itu saya ucapkan : Selamat Tinggal Indonesia, See you in 2 years then.


Dunia in luas maka jangan mempersempit pergerakan diri. Sesekali, Datangi Bumi Allah yang lain. Karena Perantau adalah manusia yang bertarung dalam ketikapastian. Setiap Pertualangan pasti akan menghasilkan sebuah cerita. Pertuangan yang tak berhenti sebelum kita menemukan dimana letak kesuksesan kita.

Renungi mengapa Rasullulah berhijrah? Mengapa harus ke Madinah untuk membangun Komunitas?

27 September 2018 Part 1




Tepat satu minggu dua hari saya menginjakan kaki di Negri Matahari ini. Masih terkenang ketika Keluarga dan Sahabat menghantarkan saya untuk memulai Pertualangan baru di Negri yang terkenal sangat displin ini. Walau malam sebelum jadwal keberangkatan harus tidur larut malam dikarenakan masih di kunjungi sahabat yang berkujung akibat tidak bisa mengantar ke Bandara, dengan bermodal tidur tiga jam, pukul 03.30 dini hari saya tetap meluangkan waktu tidur saya untuk Solat Malam. Bagi saya, alangka baiknya segala hal dimulai dengan hal yang baik. Suasana masih sangat hening ketika saya masih bersujud untuk meminta keselamatan dan keberkahan atas keberangkatan saya. Sungguh tidak ada yang bisa menolong saya kecuali atas campur tangan yang kuasa. Disela sujud pun saya tak henti- hentinya berterima kasih atas nikmat dan rezeki dari Allah yang akhirnya mengabulkan impian saya walau dengan jangka waktu yang cukup lama. Tapi yang harus di sadari adalah, waktu penantian tersebut malahan menjadi waktu yang paling berharga dalam hidup saya. Disana saya belajar Bagaimana artinya sabar yang Hakiki, Perjuangan tanpa batas yang tidak kenal lelah, Ribuan atau bahkan jutaan doa yang terus saya lontarkan di setiap ibadah dan sujud saya, hati yang patah karena kegagalan dan harus diperbaiki dengan sikap ksatria yang harus berlapang dada dalam rangkaian  kegagalan. Setiap saya jatuh, saya harus membangkitkan diri saya sendiri  untuk menyelamatkan diri saya sendiri. Jika saya bisa merubah rasa kecewa dan rasa sakit menjadi sebuah kekuatan, maka saya menang namun bila rasa sakit dan rasa kecewa membuat saya menjadi lemah maka saya kalah. Dan Allah Ya Rahman benar- benar mengabulkan Doa di waktu yang sangat tepat. Di saat saya benar- benar siap dengan ilmu yang cukup , kematang pibadi yang cukup dan bekal yang cukup pula. Andai saya diberngkatkan dua tahun lalu, saya rasa belumlah sampai di level kesiapan seperti ini.



Setelah solat malam saya termenung menunggu waktu subhu. Saya pandangi wajah Kakak Perempuan saya. Demi Allah, dia adalah salah satu perantara dari pertolongan Allah. Saudara saya telah mengorbankan banyak hal baik pikiran, harta dan waktu untuk membantu saya dalam mencapai cita- cita. Impian untuk kuliah di Jepang adalah impiannya dan harus dia tinggalkan demi Keluarga kecil yang dia bangun bersama Kakak Ipar saya yang juga luar biasa. Dini hari ini, Kakak saya tengah tidur pulas dengan Perut membuncit. Sekitar satu pekan lagi dia akan melahirkan anak pertama. Impiannya yang telah terkubur kini saya ambil ahli. Dia adalah salah satu alasan saya sampai ke level ini.



Subhu kala itu benar- benar sangat berkesan. Seperti biasa Ibu saya sibuk menyiapkan sarapan pagi, Ayah sibuk menonton siaran Olahraga dan Adik Laki- laki saya masih setengah Kasur takkala Ibu saya sudah menyuruhnya untuk mandi, Sedangkan saya masih tengah menghatamkan Surah Yasin yang selau menjadi pembuka di awal Pagi hari dan Kakak perempuan saya msih dengan Tadarusnya.



Jam menunjukan setengah tujuh lewat ketika saya tengah sibuk- sibuknya beres-beres, Saya mendapatkan tamu. Kali ini adalah adik bungsu saya di Ummi Squad, Bella Animee itulah nama tenarnya. Bella berhalangan untuk mengantar ke Bandara karena harus PPL. Sehingga, dia sempatkan datang ke rumah sebelum PPL. Bagi saya Bella ini adik yang paling kuat sekaligus yang paling lemah dengan perasaan. Prinsip dan determinasinya baik namun cukup goyah bila berurusan dengan hati. Sebelum berangkat Bella memberikan dua buku yang luar Biasa: Maryam, Perempuan Penghulu Surga karya Dian Yasmina Fajri serta Buku Teladan Terbaik Dalam Berdakwa karya Prof. Dr as Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani. Masya Allah, benar- benar kado yang luar biasa. Disana , sosok wanita berkacamata dengan mengenakan Rok Dasar serta kemeja itu, pasti mejadi salah satu sosok yang akan saya rindukan untuk dua tahun kedepan.



Teapat pukul Tujuh, kami sekeluarga mulai bergerak ke SMB II, Baru sampai pintu Gerbang Komplek. Terlihatlah tiga orang wanita berkendaraan sepeda motor roda dua yang awalnya ingin ke berkunjung ke Rumah tapi saya suruh langsung Ke Bandara. Mereka adalah adik- adik saya dari Ummi Squad., Indah, Nurul dan Uwik. Indah selalu membawa keceriaan walau kadang menyebalkan karena tidak kenal tempat haha, Nurul selalu mencoba menjadi Psikolog Umi Squad  walau kadang benar dan kadang juga salah hahah sedangkan Uwik selalu membawa Kelembutan dan Kehangatan. Bercanda ya ^^.




Tiba di Bandara sekita 07.40, cepat sekali memang untuk penerbangan 09.45. Namun memang saya ingin Check in Cepat agar bisa keluar Gate lagi untuk menyapa yang lain. Teman pertama yang saya jumpai ada Romi, adik tingkat saya di IRMA yang juga kabarnya adalah Fans Club saya hahah. Dan ketika menoleh ke lain sisi teman- teman yang lain sudah terlihat berdatangan ada Aka Io, Agung, Hayati, Shances serta Umi Squad kecuali Bella. Saya ditemani Check In oleh Kakak Perempuan saya, sebenarnya hanya Penumpang yang bisa masuk ke Ruang Check In, Namun Dikarenakan Kakak Perempuan Saya adalah seorang Jaksa jadi hanya menunjukkan  Kartu Jaksa dan bebas keluar masuk Bandara. Proses Check In cukup cepat, saya hanya membawa Dua Koper dan Satu Tas Raket untuk dimasukan ke Bagasi sedangkan Tas Ransel saya di bawa ke Kabin. Total Bagasi saya adalah 38.8 kg dari total 46 kg jatah Bagasi Penerbangan Internasional Garuda Indonesia. Setelah selesai saya kembali ke Luar dan ternyata saya kedatangan tamu baru, Ustadz Fauzi, Ketua I Irma Palembang, satu bidang dengan saya. Dan saya lihat ada Kado tambahan, satu kota cukup besar dibungkus kertas kado dengan satu kotak kecil  dari Bidang Orsen dan tidk boleh dibuka ditempat. Alhasil bawaan saya jadi sangat banyak . Kita sempat berfoto- foto sebentar sampai saya akhirnya mengenali sosok wanita berhijab merah dan mengenakan kacamata yang tengah tersenyum kearah saya. Itu adalah Miss Novia, teman sejawat saya ketika masih mengajar di Kumon Bangau. Miss Novia sekarang Honorer di PU Palembang dan izin ke kantor karena hanya ingin menemui saya dan memberi saya kado. Masya Allah, it was too touching. Kita sempat foto dan mengobrol sekitar 15 menit dan miss Novia izin untuk ke kantor. Tidak lama dari itu, saya sempat melaksanakan solat Dhuha dan juga Solat Safar di Bandara. Dan lagi – lagi saya kedatangan tamu yaitu Ria adik tingkat saya di IRMA dan juga Fadel adik angkat saya yang izin kerja untuk mengantar saya ke Bandara. Saya merasa benar- benar merasa di keliling dengan cinta sebagai Sahabat. Jauh sebelum ini, saya sudah sudah mendapat puluhan Kado dari teman- teman. Sangat banyak kado yang saya dapat seakan menjadi tanda bila saya dicinta di masyarakat. Salah satu datang dari Mika anggota SDM, keterikatan saya dengan Mika sebenarnya tidak begitu Intensive, Saya ingat menjalin komunikasi dengan Mika kala dia menjadi Bendahara Pengkaderan IRMA 27 sedangkan Posisi saya Sebagai Bendahara Umum IRMA mengharuskan mengontrol dan membimbing adik-adik Bendahara. Namun mika dengan segala ketulusannya  datang ke rumah saya dengan membawa kado padahal di saat itu saya masih di 10 ilir dan masih konsultasi Gigi dengan Dr. Aisya H-1 sebelum keberangkatan. Alhasil saya tidak bertemu dengannya secara langsung namun dan ini juga sama halnya dengan Kado dari Genta, Ketua SDM yang menitipkan Kado karena tidak sempat bertemu karena diharuskan berangkat Minggu siang untuk mengikuti Jambore DAI  di Jawa Barat hari Minggu 4 hari sebelum Keberangkatan saya.  Ada juga Kado dari Agung, Buku Luar Biasa dari Khalid Muhammad Khalid ‘Biografi 60 Sahabat’ padahal saya baru kenalan dengan Agung 4 hari sebelum dia memberi kado tersebut. Dan ada yang sedkit lucu, Kado yang tiba- tiba ada Di Kantong Hadiah saat di Bandara, dan Si Pemberi Kado tidak bilang ke saya bahwa kasih kado, Ada aja gitu di Kntong tas bersama Kado yang lain. Dan ternyata setelah membuka Kado tersebut dari XXX, hahah wajar sih karena Dia memang Pemalu. Mungkin tidak ingin orang –orang salah paham. Oke, mungkin tentang kado akan saya jelaskan di lain Bab secara Khusus sekaligus apresiasi saya dan juga ucapan Terima Kasih saya.





Menjelang pukul Sembilan pagi adalah saat- saat saya untuk meninggalkan Kampung Halaman saya Palembang. Segera saya menyalami dan meminta restu dan doa kepada orang tua saya. Ketika saya tengan berpamit dan berpelukan dengan keluarga saya, Di lain sisi teman-teman saya yang akhwat tengah berpelukan dan menangis. Sengaja belum saya berpamitan mereka, puaskan saja mereka menangis. Saya berpamitan terlebih dahulu dengan teman saya yang ikhwan, mereka menyemangati dengan doa dan sukacita. Dan saat itu saya kembali diberi hadiah Gantungan Kunci Ninja  oleh Romi dan juga dibekali Pempek untuk dimakan di Pesawat. Dan akhirnya saya berpamitan dengan Sahabat saya yang Akhwat, tentunya yang paling heboh menangis dalah Indah. Indah adalah sahabat terdekat saya di IRMA, dia tahu semua tengan saya dan apa yang terjadi di kehidupan saya, kemana- mana saya berdua dengannya atau berlima dengan Umi Squad. Mata Uwik juga kala itu sudah merah, Nurul jangan ditanya, dia yang paling tegar walau hati menangis. Dan sosok yang menagis sedu juga adalah Shancez, adik kuat tapi cepat touching sama halnya dengan Hayati. Saya hanya berpesan dengan Sahnces dan aHayati untuk Rajin Kuliah dan Jangan Bolos Kuliah. Dan disana juga ada Ria dan saya berpesan kepada Ria untuk tetap Belajar, tahun depan ayo kuliah . Mereka memeluk sangat kencang dan saya hanya bilang, ‘Tenang saya akan kembali lagi nanti’  tapi mereka semua masih menangis. Sampai- sampai Ustadz Fauzi harus mengingatkan bila saya sudah harus masuk ke bandara. Saya tidak menangis sedikit pun. Beruntung kala itu , Fadel yang kerja di anak perusahaan Angkasa Pura bisa masuk dan membantu saya untuk membawa barang yang cukup banyak akibat berbagai macam hadiah susulan. Sebelum benar- benar masuk kebandara saya sempat berbalik dan melambaikan tangan ke keluarga dan sahabat- sahabat saya. Dan ketika itu saya tertekad akan kembali dan membawa Prestasi.



Fadel hanya bisa mengantar saya sampai ke depan Waiting Room, setelah salam perpisahan saya memasuki Waiting Room. Baru 5 menit saya duduk, penumpang sudah diharuskan Bording, karena pesawat cukup jauh , kami penumpang Tujuan Palembang – Denpasar harus naik Shuttle bus menuju Pesawat. Garuda memang memiliki pelayanan yang baik, semua kru sangat ramah. Memasuki pesawat saya disambut dengan senyum ramah dan ditawarkan untuk dibawakan bawaan saya. Karena bawaan saya saaat itu sedikit ribet sekaligus saya penasaran apa isi nya sehingga hanya tas saya yang saya letakan di atas  kabin, semua hadiah saya letakan disisi saya duduk. Sebelum berangkat saya coba membuka kado-kado saya. Namun sesuai janji saya harus mebuka surat dari seseorang yang hanyak boleh dibuka setelah duduk dalam pesawat. Seperti di Film-film lah. Isinya cukup membuat mengerutkan alis. Kado kedua saya buka adalah dari Miss Novia yang ternyata isinya adalah Novel dari Penulis kesukaan saya Habiburahman, dan yang paling special adalah di sampul depan buku tersebut ada Tanda Tangan asli kang abik, buku yang berjudul ‘Merindu Baginda Nabi’  merupakan hadiah yang sangat luar biasa. Miss Novia juga menuliskan Note singkat yang ditulis di Pembantas buku Love buatannya sendiri. Really Nice.  Selanjutnya saya buka adalah kado yang tiba- tiba ada di kantong hadiah, setelah saya buka isinya adalah Buku karangan Ahmad Rifa’I Rif’an dengan Judul ‘Hidup Sekali, Berarti lalu mati’ dan ada Note singkat disana, tulisannya sangat rapi dan seketika saya tau pengirimnya siapa dan ditambah tulisan ‘dem jadilah’ phrase yang sering disebutkan beliau. Buku Best Saller ini sungguh luar biasa, Tulisan  Rifa’I mempunyai kekuatan yang bisa menyentuh emosi.  Dan sampai akhirnya Pesawat akan lepas landas dan saya menghentikan kegiatan saya dan menyisakan dua kotak hadiah yang belum dibuka. Saya duduk manis dan makan pempek , makanan yang paling akan saya rindukan di Jepang Nanti.


15 menit terbang di Udara, saya tidak bisa menahan rasa untuk tidak membuka sisa kado tersebut. Yang saya buka  pertama adalah kotak yang paling besar dan ternyata isinya adalah Sandal dan Long Coat. Dan selanjutnya ketika membuka kotak kecil satunya ternyata testimony dari para anggota Orsen OJT 1 beserta pengurus Orsen. Tentunya hadiah Testimoni yang paling panjang di tulis oleh Shances dan peringkat ke dua adalah Hayati dan ketiga dalah dari IIs. Secara garis besar isi dari testimony adalah doa dan ucapan selamat kepada saya serta ucapan untuk menyuruh Menikah hahah. Terima kasih Keluarga Orsen, You are The Best.

Bersambung...........




'Akan lahir beberapa Sudara dari Rahim yang berbeda , karena saudara tak mesti Sedarah'