Minggu, 01 Juli 2018

Kampung Inggris PARE: Dream, Motivation and Execution



Pare adalah satu desa kecil yang terletak di Desa Tulungrejo kabupaten Kediri provinsi Jawa Timur. Dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dari Kediri, PARE mempunyai daya tarik tersendiri yang berhasil menyedot ratusan pengunjung tiap bulannya. Belajar bahasa Inggris di Pare yang terkenal dengan julukan “Kampung Inggris” akan memberikan cerita tersendiri di sebagian perjalanan hidup banyak orang. Bagi beberapa orang banyak, menjadikan belajar bahasa inggris di Pare merupakan gerbang awal ataupun langkah awal untuk meraih mimpi kuliah di luar negri ataupun untuk mencari pekerjaan yang lebih layak di masa datang. Begitupun dengan saya yang awalnya menjadikan belajar bahasa inggris hanya untuk menambah softskill agar lebih dipermudah untuk mendapatkan perkerjaan atau memenuhi syarat perusahaan BUMN yang termuka. Namun, ketika disana, saya bertemu dengan banyak orang hebat dengan mimpi hebat dan daya juang yang hebat pula menjadikan mental karyawan saya babak belur serta tenggelam dan pada akhirnya mental pendidik pun hadir dan menjadi acuan hidup saya kedepan. Disini saya mulai merancang mimpi gila saya dan nantinya empat tahun kedepan mimpi itu menjadi kenyataan. Bagaimana kisahnya?

Melihat latar belakang pendidikan saya,  saya adalah salah satu peserta yang lulus Ujian Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) di Universitas Sriwijaya jurusan Manajeman. Kala itu, hanya ada sekitar 80-90 anak yang tersaring menjadi Mahasiswa/i Unsri Indralaya. Bagi kedua orang tua saya, ini adalah sesuatu yang amat bahagia namun tidak untuk saya. Saya harus menerima kenyatan bahwa saya tidak lulus di Pilihan pertama yaitu “Akuntansi” jurusan yang amat saya inginkan. Sebenarnya Manajeman itu tidaklah buruk namun pada saat itu kecintaan saya pada Akuntasi mebutakan dan yang nantinya akan beperngaruh selepas saya menerima transkip nilai. Memang bila kita lihat, ketimbang manajeman, akuntansi mempunyai grade yang lebih tinggi bahkan akuntansi merupakan 1 dari tiga besar jurusan favorite di Unsri. Dampak negatif pun melanda saya kala itu, belajar malas dan sibuk dengan dunia yang saya bangun sendiri. Saya yang lebih nyaman dengan pelajaran berhitung ketimbang menghafal seakan tersiksa di awal semester sampai akhirnya di semester kelima yang mengharuskan fokus pada kosentrasi pilihan membuat saya terbebas. Pasalanya, saya memilih kosentrasi Manajeman Keuangan yang tentunya lebih banyak mengotak atik angka- angka ketimbang menghafal. Alhasil, akibat sifat pengecut saya di awal –awal semester, luluslah saya dengan predikat “memuaskan” bukan “dengan pujian” . Menyesal? Sangat!! Pelajar nomor 1: Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Jadilah Ksatria.

Mathias Boe's Jersey
Dulu, ketika saya dan saudara saya memutuskan ke Pare , tidak ada satu pun yang mendukung kami. Ibu dan Ayah kami pun melepas kami dengan setengah hati. Bekal kami pun terbilang sedikit, hanya bermodal uang senilai 1.400.000 yang telah ditransfer ke Global English sebagai pembayaran program english camp selama satu bulan untuk dua orang dan uang cash 1.000.000 hasil dari penjualan kaos Bulutangkis Yonex Original Mathias Boe pemain bulutangkis Denmark yang menjadi biaya hidup kami nantinya. Kemampuan bahasa Inggris? Jangan ditanya, BURUK!! Saat itu tekat untuk menuntut ilmu sangat luar biasa dasyat sampai- sampai jangankan biaya kelanjutan hidup bulan kedua bahkan biaya program lanjutan disana belum sempat kami pikirkan, apalagi memikirkan uang transportasi pulang kampung, Jauh. Di pikiran kami hanyalah sampai dulu di pare, hidup selayaknya dulu selama sebulan, selebihnya kita pikirkan nanti. Bahkan uang 1.000.000 yang menjadi pegangan kami pun itu akan dikurangi dengan biaya transportasi Palembang- Pare . Benar – benar pas – pasan. Malah dengan percaya dirinya kami sempat berujar ke ibu dan ayah “ Tolong jangan kirimkan kami uang , karena ini keingainan kami maka kami yang akan menanggungnya”.  Sombong? Bukan, tapi kelewat percaya diri. Saya dan saudara saya yang kala itu berstatus Reseller Peralatan Bulutangkis berfikir nantinya keuntungan yang kami peroleh dari hasil penjualan yang akan menjadi modal biaya hidup kami selama di Pare. Kabar baiknya, baik saya dan suadara saya sudah terbiasa hidup mandiri, bisa diajak susah dalam perjuangan, tidak pilih –pilih makanan ataupun tempat untuk tidur dan yang terpenting prinsip kami sama : Ketika kalian sudah menyandang status Sarjanah maka lepas pula beban orang tua dalam pembiayaan. Mau kuliah? Uang sendiri . Mau Backpaker? Uang Sendiri. Mau A B atau C, beli dan usahakan sendiri. Intinya, Mandiri dan malu minta sama orang tua. Pelajaran no 2: terkadang karakter terbentuk dari berbagai macam pengenggalaman yang di lalui si pelaku.

Maka kala itu, di penuh sesak keramaian terminal kereta api kertapati di pagi hari dan dengan meminta doa restu dan mencium tangan ibu dan ayah, perjalanan ke pare pun di mulai. Dengan rute Stasiun Kertapati – Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan Merak – Stasiun Pasar Senin – Stasiun Kediri – Pare.

(Cerita perjalanan saya telah saya ceritakan di artikel sebelumnya, please chek it )

Saya tiba di Pare Kamis malam atau tepatnya 2 hari sebelum program dimulai. Saya, saudara saya dan teman saya Ayu berada di 12 pm Camp sedangkan Kak Andika , kakak ayu, berada di  Saigon Camp. Sedikit informasi, program pembelajaran English di Pare dibagi dua periode yaitu program yang dimulai tanggal 10 dan 25. Sebelum waktu program dimulai biasanya H-1 siswa program Speaking Class khususnya  harus mengikuti placement test yang mana sebagai acuan untuk menentukan di level mana kelas speaking yang akan diambil nantinya. Setelah  berbincang dengan Miss Ratnah tutor yang mebawahi 12 PM Camp kamipun beristirahat.

Paginya setelah solat subhu dengan udara yang sedikit dingin, kami mulai meng- eksplor Pare. Hal yang pertama yang kami cari adalah Sepeda. Hal yang terlihat simple tapi amat penting, pasalnya walau Pare bisa terhitung tidak begitu luas tapi butuh cukup tenaga untuk mengitarinya. Disana kita bisa menyewa sepeda dengan harga bervariatif berdasarkan jangka waktu menyewa, apakah itu harian ataukah bulanan dan kondisi dari sepeda sendiri, umumnya harga sewa sepeda untuk harian kala itu berkisar 15.000 – 25.000 sedangkan untuk bulanan sekisar 100.000 sampai 250.000. Saat itu, saya memilih sepeda dengan kondisi pas-pasan dengan harga 90.000/ bulan karena mengingat budget yang minim dan dengan layanan bebas service selama satu minggu. Sepeda saya kala itu terbilang sedikit “reok” dengan keranjang di depan dan tidak ada boncengan di belakang ditambah sedikit berkarat, sedikit memprihatinkan memang untuk dilihat tapi masih cukup gagah untuk dipakai. Setelah proses sewa menyewa selesai, kami langsung menuju Global English Course untuk mendaftarkan program yang akan kami ambil di periode 25. Dikarenakan kami mengambil program English Camp satu bulan, kami medapat jatah 5 free program utama dan kami pun free untuk mengatur berapa banyak dan program apa saja yang harus diambil. Harus dicatat bila dalam satu bulan kita mengambil program lebih dari 5 katakanlah 7 program utama maka dua program tambahan tersebut akan dikenakan biaya sesuai tarif yang berlaku.  Sebagai contoh misalnya untuk periode 25 kalian mengambil kelas Speaking, Listening, Vocab dan Reading maka jatah free program yang tersisa untuk periode 10 adalah 1 program. Andai kata di periode 10  kita ambil Grammar dan Vocab 2 maka salah satu dari program tersebut harus bayar secara tarif. Paham kan? Dan keuntungan kita bila mendaftar di Global English, kita bisa mengikuti Extended Class dan itu Free. Extended Class adalah kelas tambahan dan dilaksanakan di siang hari dan biasanya siswa akan mengambil Program yang berbeda dengan Program Utama yang mereka ambil di pagi hari. Kenapa? Untuk memperkaya ilmu dengan modal yang minim. Bila mengambil program utama Vocab akan rugi bila kita ambil Kelas Vocab lagi di Exteded Class, idealnya kita ahlikan ke bidang yang lain semisal Pronouncation Class.  Lanjut cerita, saat itu saya memutuskan untuk mengambil 3 Program Utama untuk periode 25 dan sisa 2 program untuk periode 10. Program yang saya ambil adalah Speaking, Vocab dan Grammar. Alasan saya mengambil kelas Vocab adalah untuk memperkaya pembendaharaan kata saya yang minim, saya mulai dari 0 maka saya mau tidak mau harus banyak menghafal Vocab , selanjutnya alasan saya mengambil kelas Grammar adalah untk mengerti tatanan bahasa yang benar dan teratur untuk membentuk kalimat dan pada akhirnya dari ilmu dari Kelas Vocab dan Grammar saya eksekusi di Kelas Speaking. Vocab yang saya hafal kemudian saya susun menjadi kalimat dan akhirnya saya kemukakan , begitulah kira-kira alur yang saya organizing saat itu. Dikarenakan saya mengambil Speaking Claa maka saya diharuskan untuk mengikuti Palcement Test, dan saat itu yang mengetes saya adalah Mr Fajri,  orang Pagar alam lulusan Unila. Pertanyaan di Palacement ini umunya adalah pertanyaan umum semisal perkenalan diri, alasan belajar bahasa inggris dan alasan ke pare. Kita diperkenankan menjawab dengan menggunakan bahasa inggris nantinya pengujilah yang kana menentukan kita berada di kelas speaking level apa. Saat itu, kami mendapat Speking Class 2 artinya berada di kelas yang “lumayan” berbahasa inggris. Sedangkan Vocab saya berada di kelas Vocab 2 yang artinya pembenaharaan kata-katanya “lumayan” canggih sedangkan Grammar kami ambil dengan level terendah yaitu Grammar 1. Setelah mengikuti placement test kami mulai mengeksplor pare. Setiap sudut wilayah disana saya dapat melihat penduduk lokal membuka usaha baik itu warung makan, laundry, counter Handphone, peminjaman sepeda atau motor ataupun penginapan, dll. Pengembangan lokal berbasis cluster di kawasan kampung Inggrislah yang menjadi pelopor pengembangan lokal berbasis pendidikan. Seluruh kebutuhan pendatang di kawasan ini betul-betul dapat dijadikan sebagai peluang yang membentuk potensi bagi masyarakat sekitar. Benar- benar UKM dengan potensi besar. Saya perkirakan walaupun Pare ini adalah kampung tapi barangkali transaksi uang yang beredar di kampung kecil ini mencapai 50 juta bahkan 100 juta setiap harinya. Luar biasa!!

Bicara tentang warung makan, di Pare terdapat banyak warung makan dengan menu yang sangat murah. Menu yang menjadi Favorite di Pare adalah Nasi Tempe/ Tahu Penyet atau pun Nasi Ayam Penyet. Di tahun 2014 harganya pun sangat murah, Nasi Tempe/Tahu Penyet hanya bekisar 4.000/porsi, Nasi Ayam Penyet sekitar 6.000/Porsi bahkan Nasi Ikan Asin penyet hanya 3.500/Porsi, luar biasa murah. Harga es teh saja hanya 2.000 dan kopi sekelas Capuccino hanya 4.000 – 5.000. Sedangkan bicara Laundry harga yang ditawarkan sekitar 2.500 – 3.000/kg untuk cuci sekaligus setrika baju. Pare benar- benar menawarkan harga-harga murah di setiap aspek , tapi itu hanya di nikmati oleh orang yang berbekal uang yang cukup dan berlebih. Sedangkan saya saat itu, modal pas- pasan dan hanya mengandalkan keuntungan jualan online. Bila jualan online macet, maka macet pula keuangan kami alhasil makanpun tak teratur kadang sekali sehari atau dua kali sekali bahkan untuk membeli jus saja saya harus menunggu sakit dulu. Selama di pare saya dan saudara saya sudah terbiasa menahan pedihnya menahan rasa lapar demi menuntut ilmu. Tragis? Tidak, karena menurut kami itulah salah satu cara Allah mendidik kami untuk menjadi pribadi yang kuat.

Bila kepepet uang , kami akan mencari warung prasmanan, kami akan mengambil nasi standar dua porsi sedangkan lauk pauknya dengan satu porsi kemudian kami akan makan setengah porsi ditempat kemudian sisanya akan kami bungkus untuk makan malam. Dengan harga 7.000/porsi untuk dua kali makan. Hemat dikarenakan penjual biasanya menentukan harga hanya berpatok pada lauk pauknya tanpa melihat size dari nasi nya. Tapi terkadang sang penjual kadang terlihat bingung, saya dengan badan kecil aka langsing ini ternyata porsi nasinya kayak porsi laki- laki makan bahkan mungkin lebih. Pernah si penjual bertanya:

“wah.. mbak ini badannya kecil tapi porsi makanya banyak ya, apa bakal habis mbak nasi segunung gitu,”
“ habis bu, insya allah, kalau gak habis ya dibungkus aja ya bu”
“bisa, tapi kok badannya masih kurus ya?”
“ saya ini tipe badan orang korea, banyak makan tapi tidak gemuk-gemuk, ya gitu dari dulu. Bukan gak gemuk karena dosa ya bu”
Dan hal tersebut terjadi sekitar sebulan, lumayan untuk menghemat.

Hari pertama periode 25 diawali dengan Morning Class di 12 PM, kelas dimulai pukul 05.00 dan dipimpin oleh tutor camp masing-masing. Bicara sedikit mengenai 12 PM sendiri adalah salah satu Camp diberada di bawah naungan Global English PARE. Ada sekitar 13 kamar yang tersebar dengan rata- rata di tiap kamar terisi dengan 3 orang jadi bila dihitung-hitung 12 PM terdiri oleh sekitar 36-40 siswa yang belajar di Global English. Itu hanya untuk satu Camp kepunyaan GE saja, selain 12 PM untuk Female Camp lainnya yaitu Female 2 Camp yang merupakan Female Camp GE yang terbesar yang mungkin  menampung sekitar 100 siswa, ada juga Amsterdam Camp yang bisa menampug sekitar 50 siswa dan lagi-lagi kita bicara tentang Female Camp. Bila di gabungkan dengan Male Camp semacam Saigon, Alaska dll, mungkin saya prediksi siswa yang belajar di pare di periode saat itu sekitar 1.000 siswa. Dan bila dikalikan dengan rata- rata standar harga program camp yaitu 700.000 tota penapatan GE sekitar 700.000.000 dan itu belum termasuk siswa yang mencomot kelas dan tidak ikut camp program. Harga untuk kelas IELTS saja sekitar 300.000, TOEFL 250.000 dan kelas- kelas lainnya dan  bisa saya prediksi untuk satu periode satu bulan mungkin pendapatan GE sekitar 1 Miliyar. Wajar saja bila Mr Toto yang merupakan Founder dari GE, salalu saya sebut dengan Milyader.  Lanjut cerita, dikarenakan penduduk yang sangat banyak di camp dan kelas dimulai pukul 05.00 – 06.30 sedangkan Subhu di Pare sekitar pukul 04.30 biasanya pukul 04.00 kami sudah perang rebutan kamar mandi. Bila mandi setelah morning Class pukul 06.00 kami terancam telat masuk kelas Pagi pukul 07.00 dan kemungkinan tidak dapat makan pagi. Sehingga, biasanya kami bangun pukul 03.00, solat malam disambung dengan belajar singkat sampai pukul 04.00 dan mulai mengantri kamar mandi. Pukul 05.00 kelas dimulai, untuk Morning class kami mendapat pocket book, karakteristik morning class umumnya menghafal Vocal dan menghafal Dialog dengan tema yang berbeda tiap harinya dan harus dihafal dan di praktek kan kedepan. Secara ringkas saya akan menggambarkan kesan saya selama periode 25:

Morning Class: mengikuti kelas ini sangat berat karena harus berperang dengan rasa kantuk. Umumnya kelas dimulai pukul 5 pagi sampai 6 pagi malah terkadang sampai pukul 6.30 pagi.  Yang sedikit susah, dengan kondisi kantuk kita harus menghafal dialog dengan waktu  yang singkat. Dan lagi lagi harus di praktekkan kedepan. Memang istilah, practice makes perfect sangat mendarah daging dalam tata cara pembelajaran di kampung Inggris.  Disini juga media peakraban setiap penduduk di camp. 

Vocab 1 Class
Vocab 2: di kelas ini saya diajar oleh Mr Nyom Nyom yang secara fisik sangat mirip dengan Denny Cagur, dan benar- benar sangat kocak. Metode belajar di kelas ini adalah dengan cara menghafal, debating dan presentasi. Umumnya kami akan diberi modul yang berisikan sekitar 8 artikel isu dunia  yang levelnya bertaraf intermidate. Tiap harinya, setiap artikel kita kan mengupas semua Vocab beserta artinya setelah itu mengartikan artikel tersebut dan nantinya akan kita debatkan one by one dengan teman kita. Setelah sesi debat, kita harus membuat rangkuman dan di presentasikan di kelas dengan waktu minimal tiga menit. Di ujian natinya, semua vocab yang kita dapat harus disetor kepada tutor. Kalau di kalkulasilan untuk dua minggu masa pembelajaran, Vocab yang dihafal sekitar 160 – 180 kosa kata dalam bahasa Inggris. Ini adalah satu dari kelas terbaik yang pernah saya ikuti di Kampung Inggris, guru yang sangat menyenangkan begitu teman- teman di kelas, bahkan setelah empat tahun berpisah saya masih menjalin hubungan yang baik dengan Rika, teman saya dari Jawa Tengah.

Grammar 1 Class
Grammar 1: Di kelas ini saya diasuh oleh Mr. Azziz. Bila kalian sutradara dan ingin memfilm kan Novel Habiburahman “Bumi Cinta” dan tengah mencari sosok yang sesuai dengan karakter Ayas maka Mr. Azziz bisa dijadikan kadidat yang pas. Perawakan anak pesantren , dengan tampilan sederhana, pemalu dan tutur kata yang lembut dan pelan benar- benar Ayas sekali. Di kelas ini kita seperti masuk kelas di sekolah, masuk mencatat penjelasan kemudian latihan ataupun PR. Ketika berada di kelas ini memang harus membutuhkan keseriusan yang sedikit tinggi karena walaupun  umumnya materi yang disampaikan pernah dipelajari di sekolahan ataupun di bangku kuliah tapi di kelas ini benar- benar dijelaskan dengan detai ditambah tugas- tugas yang dibagikan sangat banyak. Di kelas ini kita belum belajar tenses secara keseluruhan, hanya tenses yang command saya seperti simple present, present contionous, pas tense, past continous dan future tense.

Speaking 1: awalnya berdasarkan hasil dari Placement Test saya harusnya masuk dalam Speaking 2 yang diajar oleh Mr. Rahmat tapi ketika hari pertama saya mengikuti kelas tersebut saya harus berperang dengan mental karena dikelas tersebut sebagian besar muridnya sudah lumayan fasih berbahasa inggris dan alhasil saya hanya banyak melongo di hari pertama. Entah apa yang di pikirkan Mr Fajrin selaku accesor dalam Placement Test saya yang measukan saya ke Level 2 ini. Karena melihat kapasitas saya dan kualitas di level 2, saya sadar diri dan akhirnya meminta untuk turun level ke Level 1.  Di level satu tema diskusi umumnya tidak setinggi dengan level II, misalnya Tradisional Food atau Tourism Place in your City bandingkan dengan Level II yang membahas tentang Lady Gaga’ Foundation ataupun Foreign Aid. Dan di akhir eriode kelas, kita diwajibkan mempresentasikan satu topik yang harus di presentasikan dan di diskusikan di kelas. Kala itu di semester Speaking 1 Saya memilih tema “pendidikan di Korea Selatan”.

Evening Class: kelas malam iniumumnya dimulai bada solat magrib atau sekitar pukul 18.30 sampai dengan 20.00 . Di setiap harinya kelas ini memiliki program- program berbeda. Misalnya, Senin Games, Selasa Grup Discussion, dan lain – lain. Menariknya khusus di hari Rabu, kelas Evening class di Camp masing- masing dipindah ahlikan di Global English Office. Selurus siswa yang mengambil program di Global akan dikumpulkan dan tiap- tiap siswa akan berdebat dengan lawan yang notaben adalah penduduk Camp lain. Disinilah kita bisa memperluas networking kita. Tapi gak jarang lho yang menggunakan kesempatan ini untuk modus dengan siswa- siwa yang lain. >.<

Firday Morning Exercise: dibadan yang sehat terdapat jiwa yag kuat. Itulah mungkin semboyan dari kelas ini. Seluruh penduduk Global English diwajibkan untuk senam pagi dan kemudian Jalan santai dengan Track yang telah ditentukan. Tapi ini bukan jalan santai biasa dikarenakan ketika jalan santai kita akan mendapatkan ‘pasangan’ dari group lain. Jadi siswa dibariskan layaknya main ular tangga dengan dua jalur. Sisi kanan untuk laki – laki dan sisi kiri untuk perempuan. Nantinya kita diberi Tema permasalah dan nantinya kita diskusikan dengan pasangan kita tadi selama jalan santai. Umumnya kelas ini berakhir pukul 6.30. 




Dan setelah menjalani dua minggu di Pare pikiran saya mulai sangat terbuka dengan kenyataan dunia. Begini susahnya cari ilmu. Di tiap kelas saya terintimidasi mental dengan teman- teman yang mempunyai kemampuan di depan saya sehingga saya harus menambah porsi belajar tiap hari nya. Bahkan ketika kelud erupsi dimalam harinya saya masih belajar dan esok paginya saya sudah berada di depan Camp Tutor saya untuk Ujian akhir Grammar II padahal saat itu karena abu tebal semua kelas diliburkan (Kisah lengkapnya akan saya ceritakan di periode 10 atau  muinggu ke 3 dan 4 saya di Pare)


Setiap jadwal presentasi terutama ketika ujian kita harus bergadang untuk mempersiapkan bahan dengan baik dan mempelancar bicara dalam bahasa Inggris. Dan yang lebih berbahaya dan ini mungkin hanya berlaku untuk saya dan saudara saya, kami harus belajar dan juga berdagang online. Karena dengan keuntungan berdagang itulah yang membiayai kehidupan kami sehari – hari. Kami harus bolak balik ATM untuk menunggu transfer dari pelanggan dan kemudian mengirim sejumlah uang untuk kepada reseller untuk barang yang di keep . Kalau pelanggan telat bayar bearti kami pun telat makan, kalau pelanggan batal orderan bearti kami pun siap untuk  mengurangi jatah makan kami. Tapi tetap kami yakinin adalah Allah akan menolong orang – orang yang menuntut ilmu

Overall, dua minggu pertama di Pare seakan simulasi bagi saya untuk dididik menjadi pribadi yang kuat. Untuk kemajuan dalam pemahaman bahasa inggris, saya harus katakan tidak ada progres yang significant dan bearti selama dua minggu belajar. Mungkin kalau diukur dengan nilai  yaitu 0 menjadi 1.5 . tapi yang saya percaya adalah: langkah besar dimulai dari langkah yang kecil dan seorang Profesional berawal dari seorang Amatir. Tetap Semangat Belajar dan mengejar ilmu.

Bersambung...............