Perjalanan menuju Denpasar memakan waktu dua jam,
Garuda menyediakan makan siang Opor Ayam serta Puding untuk para penumpang.
Kita juga bisa meminta minum Jus jeruk, susu atau air putih. Tentunya saya memilih untuk minum
susu. Pelayanan kru Garuda memang sangat ramah dan telaten. Tanpa terasa
tibalah saya di Ngurah Rai Airport. Saya langsung mencari tempat solat karena
pukul sudah menunjukan 13.30 dan saya harus segera melaksanakan solat Zuhur.
Setelah solat Zuhur saya sempat Video call dengan keluarga dan teman saya,
mengabarkan bila saya sudah tiba di Denpasar dan akan melanjutkan penerbangan
pukul 01.00 ke Osaka sehingga saya masih ada waktu untuk mengeksplore Denpasar.
Setelah solat dan Video Call, tiba-tiba bang Ade , Ketua IRMA II Video Call dan
meminta maaf bila tidak bisa mengantar ke Bandara.. Setelah bercakap sesaat
saya melanjutkan planning saya untuk ke Pantai Kuta yang katanya terkenal.
Dikarenakan Go-Jek tidak diperbolehkan masuk Bandara saya harus berjalan kaki
sekitar 1 KM untuk ke spot yang
memperbolehkan Go-Jek memngangkut penumpang. Tepat ketika saya mendapatkan Go –
Jek, Adzan Asar berkumandang, dan lekas saya bilang ‘kita solat dulu baru
lanjut’. Saya solat di Majid Al Amin dekat Bandara, Masjidnya Besar dan Indah.
Tempat Wudhu nya sangat terpisah sehingga sangat nyaman untuk Ahkwat untuk
mengambil Wudhu. Selepas Solat, saya langsung menuju Pantai Kuta, dan hanya
memakan waktu sekitar 10 menit dari Bandara. Pantai Kuta seperti pantai biasa,
yang bedanya mungkin terlalu banyak bule disini. Anjing berkeliaran dimana-
mana dan area yang banyak orang asing tidak pakaian sewajarmya, mereka sungguh
membuat saya pusing kepala. Langsung saya cepat- cepat menuju Pasar seni Kuta
untuk membeli tas disebabkan barang yang saya bawa sangatlah banyak sehingga
saya butuh satu tas lagi disamping tas Ranselrensil dan tas bekal makanan saya.
Akhirnya dapatlah tas dengan harga murah, 60.000 saja. Selepas dari sana saya
keliling di kawasan Kuta, menyelusuri restoran- restoran yang terlihat mahal dan
lain- lain. Saya hanya sempat mampir untuk membeli minuman di McDonal akibat
lelah berjalan . dan sekitar pukul 17.00 saya memutuskan untu kembali ke Bandara
Ngurah Rai dan saya memesan Go Car. Didalam perjalanan ke pulang ke Bandara
saya mendapatkan Video Call dari Indra, Seketaris Umum yang saat itu sedang
mengikuti Jambore Nasional di Jawa Barat. Disana saya juga bisa menyapa Ori,
Genta, Joel dan temana yang lainnya. Ya
semacam komunikasi sebelum ke negeri sakura.
Keberangkatan Internasional Ngurah Rai Bali sangat
amat dipenuhi oleh Orang asing, ada dari China, Korea, Jepang, Inggris,
Australia dan lainnya. Sedikit saya melihat orang Indonesia disini. Karena
solat Magrib sebentar lagi saya segera
menuju Praying Room yang berada di Lantai 2.
Mencari praying room cukup membut bingung dikarenakan memang tempat
sangat luas dan bercabang. Waktu sudah memasuki solat Magrib. Saya memutuskan
makan sebentar karena perut saya yang sangat lapar dikarenakan dari siang belum makan apapun. Disana saya bertemu dengan
Mbak Elsa, LPDP awardee yang juga Transit di Denpasar. Mbak Elsa ini akan
melanjutkan studi ke Adelaide, Australia. Mbak Elsa solat terlebih dahulu
karena saya ingin menganjal sedikit makanan agar tidak lapar dan konsentrasi
beribadah.
Barulan sekitar lima menit saya menyantap makanan
tiba- tiba wanita berparas India menghampiri saya ,
‘ Arah Kiblat dimana?’ , tanya wanita hitam manis
tersebut.
‘ Lurus, tepat arah Jam 12 dari sini ‘ Jawab saya
singkat.
Dia membalas dengan senyuman dan kemudian terlihat
mengambil mukenah sedangkan saya mempercepat santap malam saya itu. Tidak lama
berselang, wanita tadi kembali kearah saya dan berkata,
‘ Saya dengar Solat itu wajib untuk orang Islam, Saya baru Dua Bulan masuk Islam
tetapi Suami saya belum pernah mengajarkan saya tata cara solat. Tapi saya
ingin solat sekarang ‘ Kata wanita tadi mantap.
Saya langsung ambil tindakan cepat, langsung saya
hentikan makan malam saya.
‘Nanti saya akan memimpin mbak jadi Imam, Mbak ikutin
saja gerakan saya, bila belum hafal bacaannya sebutkan saja allah di dalam hati
tanpa bersuara, hadirkan Allah di hati sambil mendengar bacaan saya, sekarang
Kita Wudhu terlebih dahulu’
Selepas wudhu, saya mengintruksikan wanita tersebut
untuk menggunakan Mukenah,
‘ Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan , tidak boleh diperlihatkan ke sembarang orang kecuali Mahrom
semisal Suami atau Saudara Laki- laki kandung’ Jelas saya singkat.
Wanita tersebut
memakai mukenah tersebut , dan ketika menoleh kea rah arah saya, saya
hanya tersenyum,
‘ rambutnya tidak boleh Nampak mbak, ayo dirapikan
lagi ‘
Seketika wanita tadi menata kembali mukenahnya,
kemudian menoleh kembali tetap dengan rambut yang masih Nampak dikarenakan
mukenah yang agak longgar. Hingga sampai tiga kali, akhirmya saya mengambil
inisiatif,
‘ maaf mbak, saya izin merapikan rambutnya ya ‘ tawar
saya.
Dengan cepat saya merapikan rambut, dirasa tampilan
sudah baik saya mengintrusikkan lagi,
‘ mbak nanti ketika solat ikutin intruksi yang saya
bilang sebelumnya dan sebelum niat kit abaca niat dulu, karena mbaknya belom
hafal pakai Bahasa Indonesia saja, niatnya sengaja saya solat magrib tiga ra’kaat
menghadap kiblat karena Allah ta’ala, baca ini dalam hati sebelum saya takbir ,
mengerti kan’
Wanita tersebut menganguk, sekitika saya Qomat dan
niat, Nampak samar wanita disebelah saya mengucapkan niat pelan dengan Bahasa Indonesia.
Saya pun memulai solat dengan Khusyuk. Solat magrib itu saat isi dengan bacaan
Surah Ar Rahman, walau bacaan saya yang pas – pasan, setidaknya saya ingin
menyetuh emosi wanita tersebut dengan Surah Pelembut hati ini. Nampak wanita tersebut yang menjadi makmum
saya mengikuti Instruksi saya dengan baik. Ketika salam , saya membaca wirid
singkat, wanita disebelah saya mengangkat kedua tangannya dan ketika selesai,
dia pun mengaminkan. Selepas solat, saya ajak dia berdiskusi ternyata dia orang
asli Denpasar, sekarang tengah dalam perjalanan. Suaminya cukup sibuk sehari –
hari sehingga dia mencari tahu tentang Islam melalui internet. Sudah lama dia
ingin solat tetapi tidak ada satu orang pun yang mengajarkannya. Lingkungan di
rumahnya pun orang islamnya jarang. Singka cerita, saya mengenalkan islam dan
memberi tahu hal- hal apa saya yang harus dijalankan sebagai muslim. Wanita itu
mendengarkan secara seksama dan kemudian undur diri untuk perjalanan. Saya hanya
berpesan untuk belajar solat dan minta diajarkan membaca Al Quran oleh suami. Seketika
saya teringat cerita Ustazah Fatimah Iksir kala saya satu mobil dengan beliau,
ketika itu saya menanyakan bagaimana Dakwa Ustazah di Malaysia, Bagaimana orang
Islam disana? Dari jawaban beliau saya temui kesemaan nya dengan wanita yang
temui di Denpasar ini. Di Malaysia, Ustazah menjelaskan ada sebuah kampung
pelosok di dekat Gunung dimana penduduk kampung disana semuanya beragama Islam dan dikenal sebagai Islam asal.
Walau mereka Islam tapi mereka tidak menjalankan Solat lima waktu dan beberapa
kewajiban sebagai muslim lainnya. Sepengetahuan mereka kalau mau masuk islam Ya
tinggal baca Syahadat selesai. Padahal masih banyak lahi hal – hal yang harus
kita kerjakan sebaai muslim. Pertama Berdakwa disana Ustazah Fatimah Iksir menangis
dan terus berdakwa disana sampai akhirnya penduduk Islam disana mengenal
kewajiban mereka sebagai muslim.
Setelahnya saya melanjutkan aktivitas saya yang
tertunda yaitu makan malam. Jedah waktu magrib dan Isya saya gunakan untuk
makan dan mengobrol dengan mbak Elsa, sampai tibanya waktu Isya, kami pun solat
bersama. Selepas solat Isya sekitar pukul 20.00 Saya sempat mengajak mbak Elsa
untuk mengelilingi Bandara Ngurah Rai, tapi mbak Elsa menjawab:
‘ saya yakin saya akan kecapaian bila tiba di Adelaide
dan tidak akan sempat membaca Al Kahfi , jadi saya harus selesaikan malam ini juga
sebelum terbang ke Australia’
Jleb!! Benar- benar luar biasa, ini sosok pencari ilmu
yang selalu menyeimbangkan dunia dan akhiratnya. Amalan Sunnah pun beliau jaga
apalagi Wajib. Saya malu memilih akan membaca Al Kahfi ketika di Pesawat
padahal saya punya waktu luang. Malah waktu luang ini ingin saya gunakan untuk
berjalan- jalan . Seakan – akan mbak Elsa ini mengingatkan bahwa Waktu luang
juga adalah sebuah Rezeki. Ya benar rezeki, rezeki yang harus kalian gunakan
untuk memperoleh pahala. Malam itu dua perantau yang akan terbang ke Negri
Sakura dan Negri Kangguru, berkhimat kepada Tuhan-nya. Dan semakin memahami
makna bahwa ‘Demi Allah bukan karena kita yang hebat tapi karena Allah yang
mempermudah’.
Selepas dari Musollah Bandara, saya menemani Mbak Elsa
untuk mengambil Koper yang dia titipkan di Lantai 1. Mbak Elsa memulai
perjalanan dari Jakarta ke Denpasar via Citilink sedangkan Denpasar menuju
Adelaide via Jetstar sehingga koper harus dimabil di tempat Transit kemudian
Check in Bagasi lagi. Sedangkan saya yang semuanya via Garuda telah ditanya
petugas di awal Check in, mau mengambil Koper dimana, karena saya tidak ingin
repot, saya menjawab Osaka saja. Setelah nya, kami menunggu boarding time, mbak
Elsa akan masuk lewat Gate C-D sedangkan saya Gate A-B. Dikarenakan mbak Elsa
penerbangan pukul 23.30 mbak Elsa pamit terlebih dahulu. Kami sempat bertukar
Email dan saling mendoakan agar sukses di Tanah Perantauan. Sekitar satu jam
saya menunggu sendiri, saya gunaan untuk membaca Al Quran, Bule- bule disamping
saya sesekali menoleh kearah saya, bila terlihat saya hanya lemparkan senyuman.
Inilah salah satu misi saya untuk ke Negara Asing, bukan karena ingin dianggap
Hebat. Hanya karena saya ingin menunjukan cahaya Islam sembari menimbah ilmu.
Seperti kata salah satu Prof yang saya lupa namanya ketika beliau memberi
tausyiah singkat bada Zuhur di Masjid Muhammadiyah Palembang:
’ Kalian Pemuda, pergilah menimbah Ilmu ke Luar Negri,
pergilah keluar Negara kalian, Tunjukan Islam sebagai Agama yang santun nan
terhormat. Patahkan pandangan negatif mereka tentang Islam, tidak harus kalian
piadato panjang lebar di depan mimbar, cukup berdakwa dengan akhlak kalian maka
sudah sangat membantu Agama ini. Disana, diluar sana masih banyak orang- orang
yang tidak mengenal Islam. Disini di
Negara kalian dan Negara Saya, telah banyak penyampai Risilah
Rasullulah. Boleh jadi rezeki kalian menimbah ilmu keluar negri, bukan hanya
untuk mencari Ilmu tapi juga untuk berdakwa’.
Luar biasa sekali Prof ini menyuntikan semangat untuk
Berdakwa.
Pukul 23.00 Penumpang Jurusan Denpasar menuju Osaka
diperbolehkan memasuki Gate. Banyak
sekali pemeriksaan di Bandra ini, di dalam bandara juga banyak sekali Toko- toko
yang memanjakan mata pengunjung. Selepas
pemeriksaan pertama scan barang saya juga harus scan finger terus jalan menuju
pemeriksaaan Imigrasi, sempat ditanya petugas untuk apa Ke Jepang dan lainnya
sampai akhirnya dipersilakan memasuki Waiting Room. Penerbangan Osaka hamper 85%
penumpang diisi oleh Orang Jepang sendiri, orang Indonesia dan bule hanya
seberapa. Tepat pukul 00.30 kami memasuki Pesawat. Disana hati dan pikiran saya
campur aduk, Ini Gate yang akan memisahkan saya dengan Negara saya , melewati
ini bearti saya tidak bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga serta
sahabat-sahabat saya dalam waktu yang cukup lama, melewati ini juga bearti saya
harus siap banting menjalani kehidupan dua tahun kedepan sebagai mahasiswa
asing yang terkenal sibuk dikejar deadline paper dan kurang tidurnya dan
terakhir melewati gate ini juga bearti saya siang mengemban Dakwa Islam yang
mungkin akan sedikit sulit. Dengan mengucapkan Bismillilah, Sholawat dan Dzikir
saya melewati Gate dan memasuki Pesawat. Saya duduk didedekat jendela dan wanita
yang duduk disebelah saya adalah orang Jepang. Pesawat mulai lepas landas dan
mengudara dengan baik, dari atas sana saya bisa melihat cahaya- cahaya cantik dari
tanah Denpasar.
Dan saat itu saya ucapkan : Selamat Tinggal Indonesia, See you in 2 years then.
Dan saat itu saya ucapkan : Selamat Tinggal Indonesia, See you in 2 years then.
Dunia in luas maka jangan mempersempit pergerakan diri.
Sesekali, Datangi Bumi Allah yang lain. Karena Perantau adalah manusia yang
bertarung dalam ketikapastian. Setiap Pertualangan pasti akan menghasilkan
sebuah cerita. Pertuangan yang tak berhenti sebelum kita menemukan dimana letak
kesuksesan kita.
Renungi mengapa Rasullulah berhijrah? Mengapa harus ke
Madinah untuk membangun Komunitas?